Readtimes.id– Selain menjadi trendsetter blusukan, naik nya Joko Widodo dari kursi Kepala Daerah menjadi Presiden tampaknya juga akan menjadi trend selanjutnya yang akan ditiru oleh banyak pejabat Kepala Daerah di Indonesia. Terutama di 2024 ini.
Berangkat dari latar belakangnya sebagai pengusaha, pria kelahiran Surakarta tersebut merintis karir politik pertamanya dengan menjadi Wali Kota Solo pada tahun 2005 melalui partai PDIP, dimana adalah partai yang sama yang mendorongnya maju di bursa pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, saat dirinya tengah menjabat periode kedua sebagai Wali Kota Solo. Dan tak disangka arahan Megawati melalui PDIP berhasil menjadikan alumni UGM tersebut menembus kursi DKI satu. Bersama pasangannya Basuki Tjahaja Purnama, Jokowi memimpin Jakarta selama 2 tahun, sebelum pada akhirnya melenggang ke istana negara pada Pilpres tahun 2014.
Hal ini yang tampaknya juga akan diikuti oleh sejumlah Kepala Daerah di tanah air. Nama- nama seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan tentu tak asing lagi ditelinga publik sebagai figur yang diwacanakan sangat berpotensi maju sebagai RI satu di 2024.
Hal ini dapat dilihat dari hasil survey terakhir yang dirilis oleh Indobarometer bulan Februari 2021 menunjukkan jika nama ketiganya masuk dalam 5 nama teratas pejabat yang memiliki elektabilitas tinggi untuk berpotensi maju di Pilpres 2024. Bahkan posisi ketiganya pun berurutan atas bawah. Ridwan Kamil dengan angka 16,1 % menempati urutan kedua setelah Prabowo Subianto, selanjutnya yang ketiga dengan angka 15, 9 % ada Ganjar Pranowo sebagai Kepala Daerah berpotensi, selanjutnya di posisi keempat ada Anies Baswedan dengan angka 7,6 %.
Sukri Tamma, pengamat politik Universitas memandang sejatinya keberhasilan Jokowi sebagai Kepala Daerah menjadi Presiden memang cenderung akan dilihat sebagai sebuah peluang oleh para Kepala Daerah yang memiliki potensi, yang mungkin pada awalnya tidak mempunyai tujuan menjadi RI satu
” Saya melihat pola atau patron yang dibuat oleh Jokowi sebagai Kepala Daerah dan berhasil menjadi Presiden ini jelas akan dilihat sebagai sebuah peluang baru bagi pejabat daerah yang berpotensi, dimana dulunya mungkin tidak pernah berpikir menjadi seorang Presiden ” ujar Sukri
Menurutnya hal tersebut akan berpeluang sama ketika para Kepala Daerah ini lantas berhasil memenuhi semua syarat yang dibutuhkan untuk melenggang ke istana, seperti dukungan partai, ongkos politik dan juga basis pendukung.
Ketika disinggung apakah jokowi effect ini adalah bentuk kedewasaan berpolitik para pejabat publik untuk mengikis sebuah pandangan di masyarakat tentang “pemimpin prematur”, menurut Sukri hal ini tak lain cenderung lebih mengarah pada konteks pemanfaatan popularitas yang dimiliki oleh para pemimpin daerah
” Mungkin bisa jadi ini bentuk kedewasaan berpolitik, namun menurut saya ini lebih pada konteks bagaimana memanfaatkan popularitas. Seperti yang kita ketahui modal untuk menjadi Presiden salah satunya adalah popularitas. Dan Kepala Daerah kita mempunyai modal itu minimal di wilayahnya masing-masing. Itu akan menjadi modal yang besar ketika mereka di “create” dengan baik seperti munculnya Jokowi pertama kali ” tambahnya.
Dan sebagai kendaraan politik tentu partai politik akan melihat popularitas tersebut sebagai sebuah modal awal untuk dapat dipertimbangkan untuk mengusung seorang calon Kepala Daerah.
Namun pada akhirnya terlepas dari penggunaan popularitas untuk meraih kekuasaan yang lebih tinggi atau bahkan terinspirasi dari mereka yang lebih dulu dari daerah kemudian melenggang ke istana, kesempatan menjadi seorang pemimpin pada dasarnya perlu dimaknai sebagai sebuah jalan untuk melayani dan mewakili suara masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang ada, bukan justru sebatas menjadi jalan untuk memperkaya diri atau bahkan melampiaskan hasrat ingin terus berkuasa.
Tambahkan Komentar