RT - readtimes.id

Bahaya Minum Air Kemasan Botol yang Terpapar Matahari

Readtimes.id– Air mineral kemasan, baik gelas, botol maupun galon, sudah diolah dengan teknologi canggih agar kandungan mineralnya tetap terjaga dan tidak terkontaminasi kuman maupun bahan kimia berbahaya. Akan tetapi, penting untuk memastikan air minum kemasan yang kita konsumsi dalam kondisi baik, tidak bocor, masih tersegel dengan rapat dan terlindungi dari paparan sinar matahari langsung.

Kemasan yang rusak bisa menandakan produk tersebut sering terpapar suhu panas dalam jangka waktu lama atau bahkan terpapar zat kimia berbahaya. Sehingga, kualitas air dan keamanannya tidak lagi terjamin.

Dikutip dari Antara, para peneliti juga menemukan, ketika suhu meningkat dan waktu terlampaui, dideteksi peningkatan level antimony pada botol air. Secara spesifik, di suhu 25 derajat celcius terjadi peningkatkan antimony dua kali lipat dibanding pada suhu dingin. Meski begitu, level logam berat ini bervariasi pada berbagai merek minuman.

Pada suhu yang sama, kadar BPA hanya ditemukan meningkat pada 3 merek, walau konsentrasinya belum perlu dikhawatirkan. Tetapi kehadiran BPA dalam botol air masih menjadi misteri.

Secara teori, plastik seharusnya tak mengandung BPA. Tapi bisa juga saat proses pembuatan, terutama jika memakai produk daur ulang. Dalam skenario terburuk, minum air yang terkontaminasi tersebut bisa berbahaya, terutama untuk anak.

Perlu diketahui, keberadaan zat kimia dalam botol air tersebut memang rendah, meski begitu kita tetap harus menghindari minum air dalam botol yang sudah terpapar panas.

Meski begitu, jika minum air tersebut sesekali mungkin tak perlu terlalu khawatir. Minum air dari botol itu aman, tapi jangan menyimpannya dalam lingkungan panas terlalu lama.

Mikroplastik di Air Minum

Adapun terkait mikroplastik, hal tersebut merupakan isu yang sedang diamati perkembangannya. Mikroplastik adalah plastik berukuran kurang dari 5 milimeter dan menjadi polutan paling mudah ditemukan di manapun, hingga dalam bentuk debu.

Melansir dari Antara, hasil studi yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2019, menyatakan bahwa ambang batas aman kandungan penyerapan mikroplastik >150μm (mikrometer) cenderung akan diekskresikan oleh tubuh melalui feses.

Studi menjelaskan, potensi bahaya terkait mikroplastik terbagi menjadi tiga bentuk, yakni partikel fisik, bahan kimia, dan patogen mikroba, sebagai bagian dari biofilm.

Berdasarkan kajian terbatas yang tersedia, bahan kimia dan biofilm yang terkait dengan mikroplastik dalam air minum, menyumbang dampak yang rendah terhadap kesehatan manusia.

Fransiska Ignasia

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: