Readtimes.id- Pertumbuhan ekonomi didorong oleh empat faktor yaitu konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, investasi, ekspor dan pengurangan impor. Momen lebaran juga selalu menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hari Raya Idul Fitri merupakan hari raya terbesar yang ada di Indonesia, yang menjadi momen yang dapat meningkatkan konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat merupakan faktor penopang utama dari faktor pendorong perekonomian.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh 7 persen pada kuartal II atau periode April-Juni 2021 ini, berdasarkan sejumlah indikator yang menunjukkan tren positif. Namun, pada kuartal I 2021, perekonomian RI masih minus 0,74 persen sehingga belum beranjak dari jurang resesi ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu. Seperti diketahui bahwa, perekonomian Indonesia sebelum pandemi belum pernah mencapai angka tujuh persen di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sejak 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen setiap tahun.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Muslim Maros, Dr. Zainal Abidin, SE., M.Si mengatakan, momen Hari Raya menjadi pendorong untuk mencapai target pemerintah dalam peningkatan pertumbuhan perekonomian sebesar 7% pada kuartal II. Saya kira itu masih berat, menurut prediksi saya, maka sekitar hanya sampai pada sekitar 5% atau cenderung ke arah 2% sampai 3% dan sangat sulit menyentuh 5% persen. Apalagi kita melihat bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I kita masih minus 0,74 persen. Meskipun di kuartal II ada stimulus ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) yang mendorong konsumsi masyarakat saya kira pertumbuhan 7% itu masih sangat sulit dicapai oleh pemerintah Indonesia.
Kondisi investasi meningkat pada Bulan Mei ini. Kinerja ekspor dan impor juga membaik pada kuartal I 2021. Di luar perbaikan indikator ekonomi, keyakinan itu juga didasari basis angka pertumbuhan ekonomi yang turun tajam pada kuartal II 2020 lalu akibat pandemi Covid-19. Pada kuartal II 2020, PDB berdasarkan harga konstan berada di posisi Rp2.598 triliun. Sedangkan, angkanya pada kuartal I tahun ini sudah mendekati level Rp2.700 triliun.
Namun, kita masih punya fundamental yang tidak sekuat Cina walaupun pada saat ini tumbuh dari 18% dan Amerika dari 6%. Walaupun pemerintah sudah menggelontorkan stimulus yang banyak, tentu tidak sebesar apa yang dilakukan oleh pemerintah. Diluar dengan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD ) kita yang masih rendah tentu ini masih kurang daya dorongnya. Selain itu pengaruhnya terhadap pemberian THR yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pekerja swasta dalam ini adalah karyawan.
“Kalau kita melihat THR yang diberikan PNS dengan besaran yang berbeda dengan tahun sebelumnya bahwa ada tunjangan kinerja dan tahun ini tidak ada. Sehingga ini juga tentu bisa sedikit mengganggu pertumbuhan ekonomi kita. Bisa juga masih ada beberapa perusahaan yang masih kesulitan membayarkan THR karyawannya. Namun, bisa saja pada kuartal berikutnya bisa tercapai tergantung dari perekonomian yang berjalan. Berkaca pada tahun 2020 ketika sebelum Idul Fitri maka kasus per hari Covid-19 itu masih berada pada sekitar seribuan. Bahkan ada di atas angka 1000. Sehingga ada lonjakan kasus, kemudian setelah Idul Fitri, walaupun dulu tidak seketat tahun ini, bahwa dulu ada larangan untuk tidak mudik namun ada sanksi yang diberikan,” ujarnya kepada readtimes.id Senin, 17 Mei 2021.
Saat ini pemerintah telah mewaspadai dampak gelombang kedua Covid-19 seperti yang terjadi di India dan Singapura. Sebab, kondisi tersebut menyebabkan Singapura memutuskan untuk melakukan penguncian wilayah (lockdown). Serta tetap menjaga kewaspadaan dari secondary effect dari Covid-19 yang berasal dari India.
“Kita hanya berdoa mudah-mudahan ini tidak terjadi peningkatan lagi walaupun kita sudah ada kegiatan vaksinasi yang tentunya bisa sedikit menurunkan Covid-19. Masyarakat juga sudah mulai paham dengan penerapan protokol kesehatan. Mal dan aktivitas perekonomian lainnya sudah berjalan. Ketika orang berbelanja tentu konsumsi masyarakat meningkat dan bisa mendorong perekonomian. Disisi lain, sektor pariwisata sudah terbuka, tentu ini akan mendorong perekonomian suatu negara,” tambah Dr. Zainal Abidin
Antara perekonomian dan kesehatan perlu diseimbangkan. Protokol kesehatan tetap terjaga sehingga perekonomian berjalan dan masyarakat bisa kita lindungi dari bahaya Covid-19. Dengan demikian, ketika masyarakat semakin paham tentang protokol kesehatan, vaksinasi masyarakat berjalan lancar, dan semua sektor perekonomian sudah berjalan. Nantinya semua sendi-sendi perekonomian sudah mulai membaik, tentu pertumbuhan ekonomi bisa mencapai target.
2 Komentar