Readtimes. id- Pizza Hut berjualan di pinggir jalan. Itu bukan pemandangan biasa. Restoran makanan khas Italia itu seharusnya dijajakan di ruang berpendingin udara, kursi nyaman, lampu cozy, dan hidangan yang selalu fresh from the oven.
Semua gara-gara wabah corona. Pizza Hut dipaksa menjemput pelanggan di pinggir jalan. Terkadang berebut wilayah dengan sales perusahaan leasing motor yang membagikan brosur. Di Amerika, belum sempat turun jalan, Pizza Hut sudah harus tutup karena pailit.
Chinese Ta Wan, masakan Jepang Ichiban Sushi, dan Dapur Solo, adalah tiga restoran ternama di Jawa Timur yang juga menggunakan strategi serupa; harus turun jalan. Bukan demo, tapi berjualan.
Bagaimana nasib bisnis kuliner kedepan?
Sebenarnya beberapa daerah sudah menormalkan kembali jam operasional warung, cafe, dan restauran. Tapi sayangnya pengelola dan pengunjung gagal menerapkan protokol kesehatan dengan sempurna. Pakai masker sekenanya, social distancing seadanya. Cuci tangan juga kadang-kadang. Efeknya, angka terkonfirmasi positiv corona naik lagi. Memasuki bulan Desember angkanya sudah menembus 600 ribu kasus.
Vaksin? Sampai saat ini belum ketahuan hasilnya. Jika angka positiv meningkat terus, kemungkinan besar pemerintah akan menerapkan lagi pembatasan sosial sembari menunggu hasil uji coba vaksin.
Menyambut tahun 2021, pelaku usaha kuliner wajib memikirkan strategi lebih baik lagi. Maxx Coffe dan Anomali Coffee misalnya mulai memasarkan kopi literan yang bisa dipesan di paltform Go-food. Di periode tertentu, Sturbucks, restoran kopi dengan harga selangit itu, juga menjual kopi literan. Cukup modal 100 ribu rupiah anda sudah bisa membawa pulang 2 liter kopi dengan dua varian rasa.
Beberapa pelaku usaha kuliner juga memanfaatkan media sosial untuk promosi beaar-besaran. Mereka aktif mengunggah foto produknya. Kuncinya adalah menampilkan foto terbaik dengan keterangan foto yang menarik. Ada juga yang sampai menggunakan jasa jual beli followers demi menjangkau lebih banyak calon pelanggan.
Ada juga yang menawarkan produk makanan beku. Restoran sekelas Imperial Kitchen dan Hokben juga menerapkan strategi serupa. Pelanggan tinggal memasak atau sekedar memanaskannya di rumah. Hokben bahkan membuat aplikasi khusus untuk memudahkan pelanggannya. UMKM kecil yang menerapkan strategi ini memanfaatkan aplikasi Gojek. Gojek memang menambah fitur baru di platformnya; SiapMasak.
Beberapa yang lain menerapkan sistem gratis ongkos kirim. Jika dilihat tren bisnis e-commerce selama ini, salah satu kendalanya adalah mahalnya biaya pengantaran. Tapi pelaku usaha yang menggunakan startegi ini harus disertai perhitungan yang tepat. Jika tidak, bisa-bisa malah buntung.
Start up Gojek dan Grab juga menyambut perubahan model usaha kuliner ini dengan baik. Keduanya menambahkan fitur-fitur yang memudahkan pelaku usaha menjangkau konsumen.
Gojek misalnya, selain fitur Siap Masak tadi, start up besutan Nadiem Makarim itu juga menyediakan fitur Safety Seal. Layanan ini menjamin makanan dan kemasannya tetap bersih ketika diterima pelanggan. Grab menambahkan layanan Kirim ke Banyak Tujuan. Pengiriman dilakukan oleh satu driver ke banyak pelanggan secara berurutan sesuai rute.
Maka, kunci bisnis kuliner agar bisa bertahan adalah layanan mereka harus beradaptasi dengan kondisi saat ini. Jarak bukanlah penghalang. Menutup usaha bukan jawaban.
1 Komentar