
Readtimes.id– Meskipun pemilihan Presiden masih akan dilaksanakan beberapa tahun ke depan namun sinyal para tokoh yang akan meramaikan ajang perebutan kursi RI satu telah terdengar hari ini.
Sejumlah nama Kepala Daerah seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan mencuat di beberapa hasil survei nasional sebagai tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi untuk maju dalam bursa Pilpres 2024. Sementara itu dari kalangan istana nama Sandiaga Uno ( Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Tri Rismaharini (Menteri Sosial) dan Ketua DPR RI Puan Maharani juga santer diisukan akan maju sebagai orang nomor 1 di Republik Indonesia.
Bagaimana peluangnya?
Pengamat politik Universitas Gajah Mada, Mada Sukmajati, pada readtimes.id mengatakan bahwa pada dasarnya semuanya memiliki peluang yang sama namun kembali lagi pada partai politik yang mengusungnya.
” Saya lihat seharusnya sama, namun kembali lagi bola itu akan kembali pada partai politik kita yang akan mengusung mereka. Dan menurut saya seharusnya partai dapat melihat ini sebagai alternatif baru ya, sehingga capres kita itu bukan hanya berkonsentrasi dari wilayah Jakarta saja namun juga daerah- daerah di Indonesia ” ujar Dosen Ilmu Politik tersebut
Pihaknya bahkan menyetujui jika partai politik dapat memasangkan kedua belah pihak tersebut untuk menjadi pasangan capres dan cawapres karena melihat keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
” iya pertama yang datang dari istana pasti erat kaitannya dengan politik dinasti dan kecenderungan dari mereka pasti memiliki skill tata kelola pemerintah yang rendah, sedangkan yang dari daerah mungkin skill teknokratiknya dapat tapi kemampuan berpolitiknya yang kurang. Jadi ya menurut saya bagus saja jika partai kemudian menggabungkan keduanya” tambahnya
Menurut penulis buku Politik Uang di Indonesia: Pola Patronase dan Jaringan Klientelisme pada Pileg 2014, ini memandang penggabungan tersebut seharusnya tak hanya berhenti di pencalonan Presiden dan Wakil Presiden saja, namun juga di penentuan kabinet kerja.
Pada akhirnya terlepas dari istana atau daerah, masyarakat membutuhkan seorang pemimpin yang tak hanya dekat ketika proses pemilihan itu akan digelar, melainkan bagaimana setelahnya. Tak hanya menjadi pemimpin yang mendengar kebisingan Ibu Kota namun juga jeritan rakyat di daerah.
Tambahkan Komentar