RT - readtimes.id

Cerita Sukarelawan Disabilitas di Kampus Merah

Readtimes.id– Menjadi relawan nyatanya tidak hanya menjadi panggilan hati untuk membantu sesama, namun juga jalan mengenal dan menghargai perbedaan. Pelajaran ini didapatkan oleh para mahasiswa yang menjadi relawan di Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin ( Pusdis Unhas). Mereka tidak hanya belajar membantu sesama, tapi juga belajar membentuk pola pikir inklusi dalam diri.

Namanya Agum Trianto Gunawan mahasiswa Magister Manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sekaligus anggota Divisi Pelayanan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (Pusdis) Unhas, membagikan kisahnya sebagai relawan sekaligus penyandang disabilitas fisik

“Pengalaman di sini sangat menarik, saya seorang difabel yang awalnya belum menemukan lingkungan seperti ini. Setelah masuk di sini saya dapat, oh ternyata ada difabel lain selain saya dan saya bisa tahu etika berinteraksi dengan difabel itu seperti apa, juga memiliki teman-teman dari berbagai latar belakang, ” kata Agum saat ditemui di acara CERIA 2025 (Cerita Relawan, Iftar Inklusif, dan Aksesibel) di Hotel Unhas, 15 Maret 2025.

Selama setahun lebih menjadi bagian dari relawan teman disabilitas, Agum belajar banyak hal, terutama tentang pengelolaan waktu dan bagaimana kerja- kerja kerelawanan dan perkuliahan tetap dapat berdampingan.

“Sungguh banyak yah, misalnya bagaimana cara memanajemen waktu, karena saya juga anggota divisi pelayanan, jadi saya berusaha mengatur waktu, ” tambahnya.

Ia juga menerangkan bahwa berbagai upaya terus dilakukan agar teman disabilitas memperoleh pendampingan yang layak di lingkup perkuliahan.

“Kita selalu mengusahakan bagaimana teman-teman difabel bisa mendapatkan pendampingan yang layak, karena Unhas kan sudah inklusif, jadi kita melakukan advokasi agar teman-teman bisa mengikuti aktivitas perkuliahan yang layak seperti yang lainnya,”tutur Agum

Baginya, disabilitas bukanlah keterbatasan, melainkan bagian dari kehidupan yang harus dijalani dengan keyakinan penuh.

“Disabilitas itu menurut saya sebuah anugerah dari Tuhan. Saya yakin dengan keadaan saya sekarang Tuhan itu maha adil, memberikan saya keadaan ini karena saya bisa melaluinya,” kata Agum

Hal yang sama juga dirasakan oleh, Besse Syakira Rahmah, mahasiswa Fakultas Peternakan, yang juga merasakan pengalaman berharga selama menjadi relawan. Bertindak sebagai ketua panitia dalam CERIA 2025, ia merasakan bagaimana sebuah tanggung jawab besar mengajarkannya banyak hal.

“Pengalaman yang paling menarik mungkin terlukis di hari ini. Ini pertama kalinya saya menjadi ketua panitia dan kegiatan ini cukup berkesan dan memberikan pelajaran yang banyak kepada saya, ” tuturnya.

Sebagai relawan yang baru bergabung lima bulan, ia menemukan keluarga baru di lingkungan Pusdis, yang menghadirkan nuansa berbeda dalam kehidupannya sebagai anak rantau.

“Sederhana saja, saya menemukan kehangatan bersama teman-teman di Pusdis seperti buka puasa bersama, dan berkesan bagi saya karena saya anak rantau, jadi bersama mereka ada warnanya sendiri,”tambahnya.

Bagi Syakira, pengalaman bersama teman-teman disabilitas membuka matanya terhadap perspektif yang lebih luas tentang keberdayaan dan kekuatan individu.

“Saya merasa mereka lebih dari saya, justru saya yang merasa kurang,” tuturnya

Sejak diresmikan pada 2023 lalu, di bawah kepemimpinan aktivis isu disabilitas dan akademisi, Ishak Salim, Pusdis Unhas telah memiliki 50 lebih mahasiswa relawan aktif untuk membantu aktivitas kuliah para mahasiswa penyandang disabilitas yang berasal dari berbagai fakultas di Unhas.

Jumlah ini terus bertambah, karena Pusdis Unhas membuka pendaftaran relawan setiap ada penerimaan mahasiswa baru.

Reporter : Rita Aulinanda dan Nursanti

Editor: Ramdha Mawaddha

Jabal Rachmat Hidayatullah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: