Readtimes.id– Seperti debat capres sebelumnya, debat ketiga capres yang digelar Minggu malam menjadi perbincangan di media sosial, utamanya gaya komunikasi masing-masing kandidat.
Seperti diketahui, debat tadi malam mengangkat tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, dan geopolitik.
Dalam debat tersebut, Anies Baswedan menyoroti sejumlah kebijakan Kementerian Pertahanan era Jokowi yang dipimpin Prabowo, kandidat capres nomor urut 2.
Anies menyoroti beberapa hal diantaranya serangan siber, pembelian alat utama persenjataan bekas, proyek lumbung pangan yang disebut merusak lingkungan hingga soal pelanggaran etik di Mahkamah Konstitusi.
Menanggapi itu Prabowo berulang kali menyebut data yang disebutkan Anies keliru.
“Semua data yang saudara ungkapkan itu keliru semua, saya bersedia kita duduk, kita buka-bukaan,” ucap Prabowo dalam debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
Prabowo pun menganggap berbagai tudingan itu juga menandakan bahwa Anies tidak beretika. Padahal, ia mengatakan, Anies selalu menyerangnya soal etik, termasuk tatkala memilih cawapres.
Sementara itu, capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo yang dari segmen awal nampak sejalan dengan Prabowo juga mulai mencecar Prabowo dengan berbagai pertanyaan. Salah satunya terkait indeks pertahanan Indonesia yang menurun dan kebijakan menteri pertahanan yang cenderung top down sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan.
Merespons hal tersebut, Prabowo menjelaskan bahwa tidak semua perencanaan yang ia buat disetujui oleh Menteri Keuangan, ditambah Indonesia harus mengubah perencanaan keuangan karena adanya Covid-19.
Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedy Kurnia Syah memandang bahwa debat ketiga ini tidak membawa kejutan berarti, kecuali serangan Anies Baswedan pada Prabowo yang kian vulgar.
“Itu tidak menggambarkan Anies sejauh ini, bisa saja Anies sudah meyakini kelompok loyalisnya cukup kuat, hingga ia mulai berani lakukan kritikan pada Prabowo bahkan soal personal,” ujar Dedy secara tertulis pada Readtimes, Minggu 7 Januari 2024.
Menurut Dedy, apa yang dilakukan Anies beresiko membangun simpati pada Prabowo, karena menurutnya sikap kritis belum diminati di Indonesia.
“Sikap yang kritis saat ini belum diminati di Indonesia, Anies seharusnya tetap menjaga sikap, tidak vulgar menyerang,” tambah Dedy.
Sementara itu, Prabowo menurutnya kurang berhasil menyampaikan apa yang telah dia lakukan selama menjabat menjadi menteri Pertahanan.
Adapun Ganjar Pranowo tidak banyak melakukan perubahan, ia hanya melengkapi apa yang didebat oleh Anies dan Prabowo, cenderung menjadi moderator. Menurut Dedy, Ganjar seharusnya justru yang lebih keras mengkritik Prabowo agar ia mendapat perhatian yang tidak didapat pada debat pertama.
Respons di Media Sosial
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengatakan hasil analisis lembaganya menunjukan sentimen positif warganet terhadap calon presiden Anies Baswedan jauh lebih tinggi dibandingkan Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo.
“Sentimen positif terhadap Anies mencapai 76 persen, sementara untuk Prabowo hanya 40 persen dan Ganjar 72 persen, ” kata Ismail Fahmi di akun X-nya.
Dalam sentimen positif, Fahmi menyebut Anies diapresiasi karena berani menyerang dan memaparkan banyak data. Warganet menggunakan istilah “Let Him Cook”.
Sementara, Prabowo mendapat sentimen positif karena berhasil memberikan serangan ke Anies soal standar etika dan menaikkan diksi baru “omon – omon” yang ditanggapi secara jenaka.
Sementara itu, Ganjar mendapat sentimen positif karena dia diapresiasi atas performa debatnya yang disebut bagus. Selain itu, sentimen itu juga berasal dari pernyataan Prabowo yang kerap sepakat dengan Ganjar dan dianggap dapat mendinginkan suasana forum debat.
Selain itu dalam temuannya, Fahmi juga mengungkapkan bahwa Anies paling banyak diperbincangkan di media sosial daripada Prabowo maupun Ganjar.
Hasil analisis Drone Emprit menunjukkan pembicaraan warganet di Twitter atau X terhadap Anies Baswedan mencapai 61 ribu, sedangkan Prabowo 40 ribu, dan Ganjar 42 ribu.
Utamakan Substansi
Pakar Komunikasi Politik Universitas Hasanuddin, Hasrullah, memandang bahwa debat Pilpres harusnya dapat menyajikan ide atau gagasan dari tema debat karena menurutnya hal itu yang paling ditunggu oleh masyarakat.
“Di debat inilah nantinya publik dapat melihat mana pemimpin yang benar-benar menguasai persoalan dan tidak, guna dijadikan referensi memilih. Oleh karenanya menurut saya penting untuk para kandidat menawarkan gagasan dan solusi konkrit bukan terjebak pada emosi yang saya pikir itu kurang menguntungkan,” ujar Hasrullah saat dihubungi Readtimes pada, Senin 8 Januari 2024.
Kata Hasrullah, kendati debat identik hanya disaksikan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi, namun dengan kecanggihan media sosial yang membuat seluruh lapisan masyarakat dapat mengakses informasi dan berbagai konten debat. Oleh karena itu, sudah seharusnya para kandidat dapat menyajikan sebuah solusi untuk persoalan kebangsaan yang dirumuskan dalam tema debat.
“Ingat, kita sedang mencari Presiden ini bukan mencari Ketua RT. Jelas jika ekspektasi publik pada kandidat tinggi,” pungkasnya.
Editor: Ramdha Mawadha
Tambahkan Komentar