RT - readtimes.id

Di Balik Retaknya Parpol Kita; antara Konflik dan Disfungsi

Readtimes.id– Konferensi Luar Biasa ( KLB) yang digagas oleh mantan kader partai Demokrat penentang Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) belum lama  ini menambah daftar partai di Indonesia yang terlibat konflik dan berujung pada dualisme. 

Sebelumnya ada PDI-P di masa orde baru, PKB di era Susilo Bambang Yudhoyono, Golkar di era Jokowi yang mempertemukan antara kubu Agung Laksono dan kubu Aburizal Bakrie, dan Partai Berkarya di bawah kepemimpinan Tommy Soeharto pada tahun 2020 lalu.

Hal ini yang kemudian membuat tak sedikit pakar beranggapan bahwa fenomena semacam itu adalah sesuatu yang biasa terjadi  seperti yang kemudian pernah disinggung oleh pakar Hukum Tata Negara , Aminuddin Ilmar, dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Indonesia Development Engineering Consultant ( Ide-C).

Dan begitu pula yang diungkapkan oleh pengamat politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto pada readtimes.id ketika disinggung mengenai dualisme yang sering terjadi pada partai politik di Indonesia dan konflik yang melatarbelakanginya sehingga berujung pada Konferensi Luar Biasa, Muktamar Luar biasa, Munaslub dan sejenisnya yang pada akhirnya memunculkan para pemimpin baru.

” Saya melihat pada kebanyakan konflik di partai itu terjadi karena perebutan pengaruh kekuasaan saja sebenarnya. Namun jika dulu hal itu masih sedikit malu-malu ditunjukkan namun kalau kita belajar dari KLB Demokrat kemarin  “kekuasaan” itu lebih terbuka bahkan dilakukan secara terang-terangan ” jelas Ali

Pihaknya mengungkapkan pada dasarnya pola-pola  konflik  sehingga memunculkan keretakan di internal partai di Indonesia yang terjadi itu memiliki kesamaan 

” iya pola konfliknya dari dulu itu sama saja sebenarnya. Entah kita mau belajar dari pengalamannya PKB, PDI-P atau pun Demokrat hari ini. Konflik kemudian berebut pengaruh, mengadakan musyawarah tandingan ,menunggu putusan dari Kemenkumham, yang akhirnya bisa sah kalau pun tidak sah partai akan pecah dan muncul dengan nama baru dengan orang-orang yang sama ” tambahnya.

Ketika disinggung mengenai disfungsi partai menurut Ali bukan karena hal itu sebuah partai politik di Inidonesia hari ini berkonflik melainkan karena kekuasaan yang main di belakangnya.

Lebih jauh Ali juga mengungkapkan dalam rezim hari ini konflik tersebut bisa sengaja diciptakan  karena posisi partai yang bersangkutan berada pada lingkar oposisi, dimana bertentangan dengan keinginan rezim yang menginginkan sebuah koalisi yang bulat dan tanpa pertentangan di dalamnya. Hal ini bisa dilihat dengan jumlah mayoritas partai pendukung pemerintah hari ini.

Bahkan dirinya menilai ini hanya persoalan menunggu giliran atau momentum saja bagi sebuah partai yang berdiri di luar lingkaran kekuasaan. 

 Jika demikian adanya, partai apa selanjutnya?

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: