Readtimes.id — Penasaran. Begitu kira-kira perasaan Saehuddin nelayan asal Selayar Sulawesi Selatan ketika melihat benda asing mengapung di tengah laut tempat dimana ia biasa menangkap ikan.
Saat didekati ternyata benda asing mirip rudal dengan berat 175 kilogram, panjang 225 sentimeter, dan memiliki dua sayap masing berukuran 50 sentimeter, kemudian ekor 18 sentimeter, panjang mirip antena belakang 93 cm, serta terdapat benda mirip kamera adalah sebuah seaglider — alat riset bawah laut yang berfungsi untuk merekam data seperti salinitas, arus, temperatur, dan kontur bawah laut.
Sontak kehadiran seaglider tanpa identitas ini mengusik dunia pertahanan Indonesia di awal tahun. Pasalnya ini bukan kali pertama benda semacam itu muncul di perairan Indonesia. Pada tahun 2019 benda sejenis juga ditemukan di perairan Bintan, Kepulauan Riau, juga di Masalembu Madura pada Januari tahun lalu.
Banyak pihak yang menyebutnya itu milik negara China. Merujuk dari benda sejenis yang ditemukan kali pertama di Bintan, dimana terdapat aksara China yang bertuliskan nama China Shenyang Institute of Automation, Chinese Academy of Sciences.
Dan yang menjadi persoalan hingga kini tak diketahui secara pasti alasan pemasangan benda asing di tengah perairan laut Indonesia . Tak sedikit pihak yang beranggapan bahwa ini merupakan bentuk pengintaian dari negara asing untuk wilayah perairan serta pesisir Indonesia. Seperti yang kemudian dijelaskan oleh Arqam Azikin pengamat politik dan hankam asal Sulawesi Selatan
” sudah kejadian ketiga kalinya ditemukan hal serupa di wilayah perairan kita, maka segenap pasukan elit angkatan laut agar meningkatkan kewaspadaan dalam menangkal ancaman pertahanan negara, di lokasi strategis yang rawan operasi pengintaian khususnya di daerah laut ” jelas Arqam dalam keterangan tertulisnya.
Lebih jauh pihaknya juga menyarankan agar kehadiran benda asing yang banyak disebut sebagai “drone laut” ini diteliti lebih jauh oleh Kementrian Pertahanan untuk mempersiapkan antisipasi ancaman pesisir yang dapat mengarah ke ancaman militer dan juga ancaman non militer yang akan mempengaruhi image kedaulatan negara di mata warga bangsa serta perhatian internasional.
Kekhawatiran Arqam ini memang bukan tidak berdasar jika memerhatikan posisi Indonesia saat ini, tengah berada di pusara konflik laut Cina Selatan, yang mana melibatkan dua negara adikuasa yaitu China dan AS — aktor perang dagang dunia. Sehingga penemuan seaglider tiga kali berturut-turut hanya dalam rentang waktu dua tahun saja ini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Karena bisa saja ini benar sebuah permulaan, dan bisa saja jumlahnya juga bukan tiga.
1 Komentar