RT - readtimes.id

G20 dan Potensi Ekonomi Syariah Indonesia

Readtimes.id– Momentum Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 2022 menjadi peluang emas bagi pemerintah. Salah satunya menciptakan akselerasi perekonomian, khususnya pengembangan keuangan dan ekonomi syariah.

G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa. Konferensi ini merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia.

Indonesia sebagai negara dengan penganut Islam terbanyak di dunia punya keinginan besar untuk menjadikan Tanah Air sebagai global-hub ekonomi syariah.

Dikutip dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan mencatat bahwa dalam dekade terakhir, keuangan syariah telah menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di industri keuangan global, bahkan melampaui pasar keuangan konvensional. Global Islamic Economic Report (2020) memperkirakan nilai aset keuangan syariah meningkat 13,9% pada 2019, dari $2,52 triliun menjadi $2,88 triliun.

Dampak dari krisis Covid-19, nilai aset keuangan syariah diperkirakan tidak menunjukkan pertumbuhan pada 2020, tetapi diproyeksikan akan pulih dan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) 5 tahun sebesar 5% mulai tahun 2019 dan seterusnya. Diprediksi mencapai $3,69 triliun pada tahun 2024.

Keuangan syariah dipercaya sebagai salah satu instrumen yang berperan penting mendukung program pemulihan ekonomi dan mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan keuangan syariah yang memberi cara, kerangka, yang mengatur aset dan transaksi berdasarkan prinsip keadilan dan ketulusan.

Semua itu terlihat dari mekanisme pembiayaan risiko yang adil dalam pembiayaan syariah, serta kehadiran sosial keuangan syariah seperti zakat, wakaf, dan infak.

Ekonom Bank Pembangunan Islam (IDB) Hylmun Izhar menerangkan bahwa hadirnya G20 dapat dimanfaatkan sebagai platform strategi global dari ekonomi 20 terbesar di dunia. Dalam momentum yang menghadirkan petinggi negara-negara tersebut, pemerintah dapat lebih mengenalkan potensi-potensi keuangan, ekonomi dan industri syariah.

“Ambisi menjadikan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah bisa digaungkan melalui momentum KTT G20,” ujar Hylmun.

Ia menambahkan, pemerintah dan pemangku kepentingan harus bekerja sama membanguan ekonomi syariah yang sudah menjadi pilar utama dari perekonomian nasional. Selain itu juga harus fokus dalam memilih strategi prioritas yang akan diambil dalam rangka mengakselerasi keuangan dan ekonomi syariah.

“Apakah ingin memprioritaskan keuangan sosial, jasa keuangan, atau justru dari sektor riil. Harus bangun satu narasi yang konsisten dan berfokus,” ungkap Hylmun.

Dalam KTT G20 nanti akan ada tiga agenda utama. Pertama, pertemuan gubernur bank sentral dan menteri keuangan tiap negara untuk memformulasikan kebijakan perekonomian di G20 yang kemudian diselaraskan dengan kebijakan fiskal serta moneter nasional.

Selain itu, ada pula pertemuan para pejabat senior dan engagement group yang melibatkan pihak swasta dan Non Governmental Organization (NGO).

“Harapan saya kita dari sekarang harus punya rancangan untuk memasukkan agenda-agenda nasional terkait keuangan dan ekonomi syariah ke dalam agenda G20 tersebut,” tambahnya.

Presiden Joko Widodo pun telah menyampaikan, dari tahun 2018 ekonomi syariah Indonesia terus naik peringkat hingga terakhir di tahun 2020 berada di posisi 4 dunia. Artinya, perkembangan dalam sektor ekonomi syariah telah mengalami pertumbuhan yang berarti.

Sehingga dengan membawa potensi besar ini ke dalam KKT G20, besar harapan dan peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama ekonomi syariah dan industri halal dunia.

I Luh Devi Sania

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: