
Readtimes.id— Universitas Islam Makassar (UIM) bekerjasama dengan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta menggelar Forum Grup Discussion (FGD) dalam mendorong pendidikan yang inklusif yang berlangsung di Gedung Rektorat UIM, Makassar pada Kamis (19/06).
FGD bertajuk “Pengembangan Kebijakan dan Praktik Inklusif untuk Aksesibilitas yang Lebih Baik di Perguruan Tinggi” menghadirkan narasumber Tariq Umar, Ph.D dari University of the West of England, Bristol, Megawanti, P.hD Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta dan Badruddin Kaddas, M.Ag., Ph.D, Ketua Pusat Layanan Disabilitas Universitas Islam
Makassar yang turut serta diikuti oleh sejumlah mahasiswa dan Yayasan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan
Megawanti menjelaskan bahwa FGD ini membahas roadmap atau peta jalan yang menjadi rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama setahun terakhir tentang peningkatan akses perguruan tinggi bagi disabilitas.
“Jadi kita melakukan wawancara terhadap beberapa universitas yang sudah punya unit layanan disabilitas serta wawancara dengan expertis, dosen dan mahasiswa untuk merumuskan peta jalan untuk membantu meningkatkan akses ke perguruan tinggi bagi teman-teman difabel,” ungkapnya.
Sebelumnya, kegiatan yang sama juga dilakukan di sejumlah universitas di Pulau Jawa dan memilih UIM sebagai mitra di Sulawesi Selatan khususnya dalam perluasan cakupan audiens diseminasi hasil penelitian.
“Kita telah melakukan di Jogjakarta, UNU Sidoarjo dan terakhir kita lakukan di Universitas Islam Makassar karena kita ingin mencakup lebih banyak audiens dengan melakukan diseminasi hasil riset. Di Makassar ada banyak universitas akan tetapi kami memiliki jati diri sebagai Universitas Nadhalatul Ulama dan UIM kami pilih karena universitas yang berafiliasi dengan nahdalatul ulama,” sambungnya
Menurutnya, payung hukum dan aturan pemerintah untuk mendukung teman-teman difabel lanjut pendidikan di perguruan tinggi sudah jelas ditambah dengan undang-undang bahwa universitas harus memiliki Unit Layanan Disabilitas (ULD).
Meski begitu hal ini tidak terlepas dari tantangan di lapangan dimana keberadaan ULD atau PLD masih sebatas administrasi sehingga perlu adanya peta jalan atau roadmap dalam mendorong kampus yang inklusif.
“ULD ini keberadaannya antara ada dan tidak ada hanya sekedar jadi meja statistik sementara fungsi utamanya adalah seberapa jauh kita mendukung proses pembelajaran selama teman-teman difabel ini kuliah harapannya bahkan membantu mereka mendapatkan pekerjaan,” pungkasnya
Sementara itu, Wakil Rektor II UIM sekaligus Ketua PLD, Badaruddin Kaddas mengatakan bahwa pusat layanan disabilitas Universitas Islam Makassar mendapatkan spirit baru melalui FGD ini untuk pengembangan kampus inklusi kedepannya.
Ia menyebut untuk saat ini terdapat 12 orang disabilitas yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Makassar dan tersebar di sejumlah fakultas seperti Hukum, Sospol, Teknik, FKIP dan Agama.
“Saat ini ada 12 orang yang terdeteksi dan sedang menempuh pendidikan di UIM, kedepannya dengan kegiatan FGD hari ini, kami mendapatkan spirit baru untuk pengembangan kampus inklusi kedepannya,” ungkapnya.
Editor: Ramdha Mawaddha