
Readtimes.id– Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar kembali menggelar program kegiatan peduli pemilu dan pemilihan (KP3) di Karebosi Condotel, Rabu (9/3). Kali ini menyasar masyarakat Kecamatan Tallo dan Bontoala.
Menghadirkan tiga komisioner KPU Makassar sebagai pemateri yaitu Ketua KPU Makassar M Faridl Wajdi, Kordiv Teknis Penyelenggaraan M Gunawan Mashar dan Kordiv Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, SDM, dan Partisipasi Masyarakat Endang Sari
M Faridl Wajdi yang juga menjabat Kordiv Keuangan, Umum, Logistik dan Rumah Tangga menyampaikan pemaparannya terkait beberapa sebab masyarakat tidak datang memilih yang kemudian sangat berpengaruh pada angka partisipasi dari beberapa pemilu terakhir.
Diantaranya adalah pemilu yang dilaksanakan di hari libur yang membuat sebagian masyarakat malas, undangan pemilihan yang tidak sampai pada calon pemilih dan tidak mendapatkan uang dari calon.
“Selain itu ada juga yang menganggap bahwa pemilu tidak memberikan pengaruh apapun pada kehidupan mereka,” terangnya.
Oleh karenanya untuk menghadapi hal tersebut dan meningkatkan partisipasi pemilih, KPU menggelar berbagai macam cara, salah satunya dengan menghadirkan berbagai program sosialisasi sejak awal untuk kemudian memberikan pemahaman bahwa pemilu tidak hanya seremoni lima tahunan tetapi juga momentum menentukan pemimpin yang dapat memfasilitasi masyarakat dalam berbagai hal ke depannya.
Adapun pemateri kedua M. Gunawan Mashar dalam pemaparannya mengungkap terkait pentingnya memahami strategi komunikasi publik dalam sosialisasi pemilu.
Menurutnya ini penting seiring dengan tujuan-tujuan dari sosialisasi itu sendiri. Adapun diantaranya adalah memberikan informasi terkait tahapan pemilu dan mencegah terjadinya golput .
“Selain itu bagaimana menghadapi isu hoaks yang beredar di tengah momen pemilu. Teman-teman perlu hadir untuk berbicara di depan umum dalam mengcounter isu-isu itu,” terangnya.
Untuk itu, penyelenggara atau pun tokoh masyarakat bisa menggunakan dua metode, yaitu tatap muka atau pun melalui media massa dan media sosial.
Adapun melalui tatap muka penyelenggara atau pun tokoh masyarakat sejatinya bisa memanfaatkan forum-forum rutin masyarakat seperti arisan, kerja bakti, atau pengajian untuk bisa menyampaikan informasi penting terkait pemilu di luar forum sosialisasi resmi.
Sementara itu sebagai pemateri terakhir, Endang Sari menyampaikan terkait politisasi SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) dan ancaman keberagaman. Dalam pemaparannya Endang mengungkap bahwa pembahasan ini menjadi penting masuk dalam program KP3 karena politisasi sara menjadi sebuah persoalan yang kerap dihadapi penyelenggara juga masyarakat jelang pagelaran pemilu maupun pilkada.
“Bagaimana isu-isu SARA dipolitisasi, diproduksi jelang pemilu yang dimana dampaknya bisa mengancam keberagaman kita dan keutuhan kita sebagai bangsa,” terang Endang.
Dalam pemaparannya Endang mengambil contoh kasus pilkada DKI Jakarta 2017, di mana publik terpolarisasi akibat isu agama dan etnis yang dipolitisasi. Begitu pula yang menurutnya juga terjadi di pilkada Makassar beberapa tahun terakhir yang di mana ada pihak-pihak tertentu yang kemudian memanfaatkan isu-isu SARA dalam kampanyenya.
Selain memaparkan dampak nyata dari politisasi isu SARA yang telah terjadi, dalam kesempatan ini Endang juga mengungkap terkait tujuan politisasi SARA, metode-metode yang digunakan oknum tertentu dalam menyampaikan isu SARA serta aturan hukum terkait kampanye SARA.
Tambahkan Komentar