Readtimes.id– Istilah Green Jobs kini mulai ramai digaungkan. Seperti namanya, green jobs merupakan jenis pekerjaan yang lebih ramah lingkungan, tidak hanya tentang perubahan iklim, tetapi juga pendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan jutaan pekerjaan jenis baru.
Green jobs adalah pekerjaan yang ditujukan untuk melindungi dan mempromosikan lingkungan. Bisa juga diartikan sebagai pekerjaan yang mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan bumi.
Manfaat lain dari pekerjaan hijau ini adalah pengaruhnya terhadap ekonomi global. International Labour Organization (ILO) telah memperingatkan, jika tidak ada perubahan, pertumbuhan lapangan kerja di masa depan tidak akan cukup untuk memenuhi pertumbuhan angkatan kerja di negara-negara maju dan berkembang.
Nantinya, dari aktivitas green jobs ini akan tercipta ekonomi sirkular yang melibatkan penggunaan kembali (reusing), perbaikan (repairing) atau daur ulang (recycling), peningkatan produksi dan konsumsi berkelanjutan, juga akan menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan. Selain mengurangi limbah, ekonomi sirkular akan menghemat energi dan berkontribusi untuk mencegah kerusakan permanen dalam hal iklim.
Selain itu, World Economy Forum mengungkap bahwa sektor energi dan berbagai industri di seluruh dunia mulai beralih ke green economy. Yaitu aktivitas ekonomi yang tidak mengabaikan lingkungan.
Artinya, sebuah perusahaan tidak melakukan praktik ekstraksi yang berlebihan dan selalu mempertimbangkan dampak aktivitasnya terhadap lingkungan.
Coaction Indonesia (organisasi yang mendorong terjadinya transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan) mencoba menghitung kebutuhan tenaga kerja langsung di energi terbarukan berdasarkan kapasitas terpasang dalam target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Hasilnya, pada 2030 akan dibutuhkan lebih dari 430.000 tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses pembangunan pembangkit untuk menghasilkan energi listrik dengan energi terbarukan.
Tenaga kerja untuk feasibility study, mendesain pembangkit, teknisi, petugas operasional dan perawatan, serta pekerja yang membangun pembangkit. Dari pembangunan itu, tumbuh juga pekerjaan yang tidak langsung dan yang terinduksi, seperti sales engineer, analis, legal, dan konsultan.
Green jobs juga bisa meliputi jenis pekerjaan di bidang yang umum, misalnya sebagai tenaga marketing, dan bekerja di organisasi yang berfokus pada konservasi. Selama tenaga marketing tersebut memasarkan produk yang memiliki jasa terhadap kelestarian lingkungan, misalnya solar panel, maka pekerjaan itu termasuk kategori green job.
Jenis pekerjaan apa pun bisa diadaptasi menjadi green job. Seorang pelukis atau pekerja seni lainnya pun bisa disebut green jobs ketika hasil karyanya mengandung unsur yang berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.
Ekonom Lingkungan Bank Dunia Andhyta F Utami berharap Indonesia menciptakan lebih banyak green jobs dan menggunakan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang rendah karbon.
“Saya juga berharap pada 2045 Indonesia sudah berketahanan iklim dan bisa survive sampai 2045,” kata Andhyta.
Ia mengatakan Indonesia harus mulai berinvestasi pada infrastruktur untuk bertahan dari perubahan iklim sejak saat ini. Karena itu, industrialisasi untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, diharapkan tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.
Menurutnya, investasi tersebut diperlukan untuk menyelamatkan 42 juta orang yang tinggal di kota-kota pesisir di Indonesia dari potensi banjir akibat perubahan iklim.
“Saya berharap di 2045 Indonesia bisa neutral carbon. Kalau dari hari ini kita bisa berpindah ke solusi-solusi teknologi, solusi-solusi alam yang memungkinkan kita berproduksi dan berkonsumsi dengan lebih sustainable,” ucapnya.
Di samping itu, ia memandang pemerintah perlu mendorong lebih banyak masyarakat, terutama yang membutuhkan seperti masyarakat di pesisir, untuk dapat mengakses solusi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tersebut.
Andhya memandang perubahan ekonomi juga mesti dicapai dengan memperhatikan kesejahteraan manusia dan lingkungan hidup. Pasalnya, dalam 10 tahun terakhir, dampak perubahan iklim sudah semakin parah, hingga berujung pada kematian.
“Buat saya tidak lengkap dan tidak adil jika kita seolah hidup hanya dengan melihat ekonomi bertumbuh, hanya memikirkan bagaimana kita industilizing, bagaimana mendorong GDP untuk bisa lebih maju. Tanpa melihat kenyataan bahwa bencana alam dan iklim selama 10 tahun ke belakang dan mungkin lebih, sudah begitu parah,” imbuhnya.
Meski akan tercipta banyak jenis pekerjaan baru, kehadiran green jobs nantinya menyebakan ada pekerjaan yang benar-benar hilang, karena industrinya akan lenyap. Contohnya adalah para tenaga kerja di industri plastik jika nantinya plastik sudah benar-benar dilarang untuk digunakan. Kemudian, ketika batubara tak boleh lagi digunakan, pekerjaan yang terkait penambangan batu bara juga akan hilang.
Tambahkan Komentar