RT - readtimes.id

Ibu Kota Dahulu, RI Satu Kemudian

Readtimes.id– Penentuan sosok calon nahkoda ibu kota nampak selalu  menyita perhatian,  terlebih setelah Jokowi yang dulunya pernah memimpin DKI Jakarta  terpilih menjadi Presiden. Ibu kota  tak ayal  menjadi “tempat transit” para tokoh sebelum akhirnya melenggang menuju Istana. 

Ketertarikan lebih pada kontestasi politik Ibu Kota ini sekarang nampak terlihat dari aksi sejumlah partai politik yang mulai memunculkan sejumlah nama kadernya untuk maju di DKI, meskipun Anies Baswedan baru akan mengusaikan kepemimpinannya Oktober mendatang. 

Melalui Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto misalnya, mengungkapkan sejumlah nama yang memiliki potensi. Diantaranya  Menteri Sosial Tri Rismaharini, Abdullah Azwar Anas eks Bupati Banyuwangi, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, eks Bupati Ngawi Budi ‘Kanang’ Sulistyono dan Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra. 

Sementara itu Golkar  juga memunculkan dua nama kadernya yakni eks Wali Kota Tangerang Selatan dua periode Airin Rachmi Diany dan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar sebagai pengganti Anies Baswedan. 

Jika dilihat, pada umumnya sejumlah nama yang diajukan partai untuk maju di Jakarta bukanlah kader yang minim akan pengalaman politik. Semuanya pernah mencicipi posisi sebagai pemimpin di daerahnya masing-masing. 

Pengamat politik Universitas Al- Azhar Ujang Komaruddin memandang selain statusnya sebagai Ibu kota negara, psikologi kemenangan yang ditawarkan di DKI Jakarta pun berbeda dengan daerah lain. 

“DKI ini adalah daerah yang mempunyai gengsi tersendiri,  ada istilah secara psikologis menang di DKI  itu sama halnya memenangkan  Indonesia, sehingga wajar jika partai akan menyiapkan kader terbaiknya,” terangnya pada readtimes.id. 

Selain itu menurut Ujang, kemenangan sejarah Jokowi di DKI yang  pada akhirnya membawa ia maju di bursa Capres pada pemilu 2014, juga menciptakan tren tersendiri belakangan, bahwa sosok yang akan memimpin DKI Jakarta mempunyai peluang besar dicalonkan menjadi Presiden karena cenderung akan disorot dan dikenal lebih luas oleh publik.

“Karena semua sumber informasi ada di sini, sehingga apapun yang dilakukan oleh sosok yang memimpin DKI Jakarta jelas akan senantiasa menjadi sorotan,” tambahnya. 

Hal yang jelas jika dimanfaatkan secara maksimal dapat mempengaruhi tingkat popularitas  dan elektabilitas tokoh. Seperti yang kemudian kini tengah dinikmati Anies Baswedan sebagai tokoh dengan  elektabilitas yang menurut tiga lembaga survei  yakni Charta Politica, Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) dan Indikator Politik  masuk dalam jajaran tokoh dengan  peringkat  tiga teratas. 

Kendati menawarkan akses pada basis pemilih yang besar bagi tokoh maupun partai politik, Ujang mengingatkan bahwa memenangkan hati warga Ibu Kota bukan perkara mudah. 

“Karakter pemilih daerah perkotaan itu cenderung rasional, mereka akan memilih sosok yang  dinilai mampu mengatasi sejumlah persoalan  seperti  di Jakarta yang begitu kompleks seperti banjir, kemiskinan, macet ” terangnya.

Oleh karenanya menurut Ujang untuk menang di Ibu Kota seorang calon Kepala Daerah tidak hanya cukup janji melainkan bukti, minimal melalui sejumlah karya atau prestasi yang telah dibuatnya selama menyandang status sebagai pemimpin di daerah yang pernah dipimpinnya atau bahkan sesuatu yang bersentuhan langsung dengan warga ibu kota.

Ona Mariani

3 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: