Readtimes.id– Berbagai fenomena kekerasan yang sering memperlihatkan simbol-simbol yang identik dengan agama tertentu atau bahkan dilakukan di tempat-tempat ibadah tak jarang meninggalkan kesan terkait ajaran agama tertentu di benak publik.
Konsekuensi logis dari kekerasan dengan menggunakan simbol-simbol tersebut bahkan dapat menciptakan semacam kecemasan yang berlebihan dan berujung pada labelling terhadap pihak-pihak yang identik menggunakan simbol tersebut dalam kesehariannya untuk perlu dicurigai atau pun diwaspadai, seperti yang kemudian pernah disinggung oleh Muhammad Iqbal Sultan, pakar komunikasi Universitas Hasanuddin ( Readtimes.id/31/03/2021)
Jika sudah seperti ini, memahami dasar ajaran agama tertentu seperti Islam misalnya sebagai agama yang seringkali dikaitkan dengan peristiwa terorisme di Indonesia adalah sesuatu yang penting untuk menghindarkan publik dari kesalahan berpikir
Adalah Das’ad Latief seorang pendakwah sekaligus dosen di Universitas Hasanuddin mengatakan bahwa pada dasarnya dalam setiap ajaran agama pasti tidak membenarkan adanya tindakan kekerasan tak terkecuali itu Islam
” Semua agama pasti mengajarkan kasih sayang, begitu pula Islam yang tidak pernah membenarkan adanya kekerasan dalam ajarannya. Islam yang benar seperti yang diajarkan Rasulullah bahkan ketika melakukan ekspansi pun diajarkan untuk tidak merusak rumah ibadah, melukai perempuan, bahkan merusak tanaman. Demikian Islam mengajarkan kasih sayang antar sesama makhluk di tengah perbedaan,” terang Das’ad yang baru-baru dinobatkan sebagai Duta Moderasi Beragama oleh Kementrian Agama tersebut.
Pihaknya menjelaskan bahwa konsep rahmatan lil alamin dalam agama Islam tak lain adalah bagaimana Islam membawa manfaat kedamaian, ketenangan, bagi seluruh alam di dalam praktik ajarannya.
“Rahmatan lil alamin adalah membawa manfaat bagi sesama tanpa harus memandang jika misalnya anda ini memiliki keyakinan berbeda dengan saya,” tambahnya
Lebih lanjut ketika disinggung mengenai paparan radikalisme yang kini menyasar kalangan muda, menurut Das’ad itu tak lain disebabkan karena pemahaman agama yang hanya sebatas teks tanpa memperhatikan konteks. Untuk itu penting kiranya peran para guru agama, pendakwah atau alim ulama untuk menjelaskan itu. Dan ini perlu didukung oleh pemerintah melalui support anggaran untuk melakukan kegiatan keagamaan yang menurutnya hari ini masih kurang dan perlu dipertanyakan komitmennya.
Di samping itu metode dakwah yang menarik, mendamaikan, dan mudah dipahami oleh masyarakat juga perlu dikuasai oleh seorang pendakwah dalam menyiarkan ajaran-ajaran agama. Mengingat sebuah pesan yang baik saja tidak cukup, tanpa diiringi oleh cara yang baik pula.
2 Komentar