Readtimes.id– Dosen Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar Prof Firzan Nainu masuk dalam dua persen ilmuwan berpengaruh dunia versi Stanford University dan Elsevier BV usai menjadikan lalat buah sebagai hewan untuk menguji obat.
Jika umumnya obat diujikan ke hewan seperti tikus, kelinci atau primata yang organ tubuhnya memiliki 95 persen kemiripan dengan manusia, Firzan justru memilih lalat sebagai medium uji obat sebelum diuji ke manusia.
“Jadi alasan awalnya sebenarnya sederhana, karena untuk menekan biaya penelitian awal. Karena, jika kita menggunakan tikus atau hewan lainnya itu membutuhkan biaya yang besar, berbeda dengan lalat yang murah. Selain itu, menggunakan lalat tidak perlu menggunakan kode etik seperti kita menggunakan kucing, tikus, kelinci,” ujar Firzan.
Dia mengungkapkan ide itu didapatkannya ketika dia melanjutkan kuliah doktoralnya di Jepang.
“Jadi saya tahu bahwa lalat bisa digunakan sebagai hewan uji coba itu di Jepang saat saya lanjut studi di sana, ” tambahnya.
Adapun jenis lalat yang digunakan adalah lalat buah atau drosophila melanogaster. Meski demikian, Firzan Nainu mengungkapkan bahwa lalat tersebut hanya digunakan sebagai hewan pertama untuk menguji obat, setelahnya obat masih akan diuji dengan hewan lainnya seperti tikus karena organ lalat hanya memiliki 75 persen kemiripan dengan manusia.
“Jadi begini, karena lalat itu hanya punya 75 persen kemiripan dengan manusia, jadi pada obat tertentu kita harus uji lagi dengan hewan yang organnya memiliki kemiripan yang lebih dekat lagi dengan manusia seperti tikus. Namun, sekali lagi karena kita sudah menggunakan lalat di awal, untuk penelitian selanjutnya kita tidak perlu membutuhkan tikus terlalu banyak karena kita sudah mengetahui bagaimana reaksinya di lalat,” bebernya.
Adapun beberapa jenis obat yang berhasil diujicobakan di lalat yakni beberapa obat antibiotik dan antibakteri.
Firzan pun berharap dengan rendahnya biaya awal penelitian dan pengujian obat itu dapat menekan biaya obat di pasaran.
Sementara terkait perkembangan penelitian lalat sebagai hewan uji coba dalam di bidang farmasi, Firzan mengklaim bahwa Unhas menjadi yang pertama.
“Di Indonesia lama penelitian lalat, tapi biasanya di Biologi. Kita pertama di Indonesia studi lalat dicoba menguji obat,” jelasnya.
Hal ini bisa dibuktikan dengan Unhas satu-satunya kampus di Indonesia yang terdaftar dalam penelitian drosophila dunia.
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar