RT - readtimes.id

Kata Ahli K3 Soal Kecelakaan Perusahaan Smelter yang Berulang

Readtimes.id– Ledakan di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), salah satu tenant atau penyewa yang beroperasi di kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), menambah panjang daftar kecelakaan kerja di perusahaan smelter Indonesia.

Trend Asia mencatat pemberitaan yang tayang di media dalam rentang 2015-2022 menunjukkan 53 pekerja smelter meninggal. Jumlah tersebut terdiri atas 40 pekerja Indonesia dan 13 WNA China di smelter nikel seluruh Indonesia, termasuk IMIP.

Sedangkan data pemantauan Januari-September 2023 menunjukkan 19 kejadian kecelakaan di smelter nikel telah merenggut korban jiwa 16 orang dan 37 orang terluka. Di antara korban sebanyak lima orang adalah tenaga kerja asal China dengan rincian empat terluka dan satu meninggal.

Guru Besar Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas, Yahya Thamrin, mengungkapkan bahwa pada dasarnya ada dua hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yakni, faktor human error dan lingkungan kerja yang memang tidak aman.

Prof. Yahya Thamrin /Foto:Istimewa

Menurutnya, jika kasus kecelakaan kerja tersebut berulang, maka bisa dipastikan perusahaan tidak menerapkan manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan benar. Sementara sistem manajemen K3 itu sudah terdapat aturan, yakni Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja sementara pengejawantahannya ada di PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang sistem penerapan manajemen K3.

“Kalau sistem penerapan K3 ini jalan, tidak ada itu kecelakaan kerja yang berulang. Apalagi menyebabkan orang mati sebanyak ini. Kenapa? Karena di kecelakaan pertama itu dia akan pelajari, temukan penyebabnya, lalu lakukan program pengendalian dan itu menjadi kegiatan yang berkesinambungan,” ujar Yahya pada Readtimes, Senin 25 Desember 2023.

Apalagi menurut Yahya, bila perusahaan itu adalah perusahaan multinasional yang juga harus menerapkan ISO 45001 atau Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Seharusnya, kata Yahya dalam kasus seperti yang terjadi di Morowali, dokumen perusahaan harus diperiksa, apakah manajemen mempunyai sertifikat K3 dan ISO 45001 sebelum beroperasi. Atau bisa jadi, terdapat dokumen namun hanya sekadar dokumentasi saja, tapi tidak ada penerapan K3 di dalamnya.

Baca Juga : Kecelakaan Berulang di IMIP Morowali, Sudah Waktunya Evaluasi Menyeluruh

“Jadi tidak bisa asumsi. Harus ada lembaga independen atau dari pemerintah yang mengurusi terkait K3 untuk melakukan investigasi dan evaluasi ,” tambahnya.

Yahya juga menyoroti terkait belum adanya lembaga independen di Indonesia yang mengurusi K3, seperti di negara-negara luar yang telah menjadikan keselamatan sebagai kebutuhan dalam segala sektor.

“K3 di kita itu masih dikerjakan oleh banyak departemen. Ada di ketenagakerjaan, di Departemen Kesehatan, banyak. Kita belum punya lembaga independen yang fokus untuk K3,” tambahnya.

Senada dengan Yahya Thamrin, dosen Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM Unhas, Lalu Muhammad Saleh juga berharap pemerintah menekankan dan meningkatkan pengawasan pada manajemen K3 perusahaan.

“Di Kementerian Ketenagakerjaan harus dilakukan pengawasan secara rutin. Karena di perusahaan itu kan ada bagian K3- nya ya, nah ini yang seharusnya melaporkan terkait kegiatan K3 yang berjalan di perusahaan apakah sudah berjalan sesuai prosedur atau tidak, ” ujar Lalu pada Readtimes.

Menurutnya, jika K3 di perusahaan jalan dan pimpinan juga memiliki komitmen terkait keselamatan kerja para karyawan, maka kecelakaan ledakan seperti yang terjadi di IMIP tersebut tidak akan terulang kembali.

Untuk diketahui, berdasarkan hasil investigasi yang disampaikan oleh Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan, kejadian bermula dari kecelakaan yang dialami oleh sejumlah pekerja saat sedang memperbaiki tungku dan memasang pelat pada bagian tungku smelter.

Dedy Kurniawan / Foto :Istimewa

“Penyebab ledakan diperkirakan karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan. Saat proses perbaikan tersebut, terjadi ledakan,” kata Dedy lewat keterangan tertulis, Ahad 24 Desember 2023.

Deddy menjelaskan bahwa di lokasi terdapat banyak tabung oksigen yang dipakai untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Akibatnya, kata dia, ledakan pertama memicu ledakan lain dari tabung oksigen di sekitar area tersebut. Akibatnya, pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga menimbulkan korban jiwa.

Baca Juga : Imbas Ledakan yang Tewaskan Pekerja, Operasi Smelter di Morowali Dihentikan Sementara 

Editor : Ramdha Mawadha

Jabal Rachmat Hidayatullah

37 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: