RT - readtimes.id

Kelola Stres, Kunci Kesehatan Mental Selama Pandemi

Readtimes.id–Sudah terlalu lama negara-negara di dunia dilanda pandemi Covid-19. Upaya-upaya untuk keluar dari kondisi ini silih berganti dengan peraturan yang di keluarkan masing- masing negara.

Selama ini pula berbagai kegiatan terpaksa harus dilakukan di rumah. Work from home atau WFH memberi tantangan tersendiri untuk masyarakat. Karena, bekerja dari rumah juga berdampak pada kesehatan mental dan emosional.

Masalah kesehatan mental inilah yang banyak terjadi selama pandemi. Dilansir dari Antara, untuk mencegah menjadi masalah yang lebih buruk, psikoterapis Anger Management Dandi Birdy berbagi cara mengelola emosi agar tidak menghasilkan stres negatif yang dapat memperburuk kesehatan mental dan fisik seseorang.

“Biar sehat mental, ada pilar utama yang harus diketahui, yaitu emosional, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual,” ujarnya. 

Karena setiap orang memiliki dorongan untuk mengatasi masalah, namun titik mulai dan cara orang dalam merespons berbeda. Hal ini tergantung pada psikohistoris, yaitu kadar kesehatan mental dan kadar keimanan. Dengan begitu kelima pilar ini harus dipelihara secara bersamaan. Jika kelimanya berjalan dengan seimbang maka kesehatan mental pun akan terjaga dengan baik.

Kesehatan Mental Anak

Samanta Elsener, psikolog anak dan keluarga melihat dalam situasi seperti ini, peran penting orang tua sebagai pengasuh untuk menjaga kesehatan mentalnya sendiri beserta mental anak. Tak sekadar mengawasi home schooling anak- anak mereka dengan penuh efisiensi, orang tua harus mampu melakukan tugasnya sebaik mungkin dengan tetap memberikan waktu luang bagi diri mereka sendiri untuk relaksasi.

“Stres sangat wajar dirasakan karena stres merupakan suatu tekanan yang kita alami dalam keseharian serta melibatkan kandungan hormon kortisol dalam otak manusia,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, stres terbagi atas dua macam, ada stres yang baik atau eustress dan stres yang buruk atau biasa juga disebut distres. Ketika manusia mengalami stres, amygdala bagian otak yang merespons emosi akan menentukan mau melakukan reaksi atau respons terhadap stres seperti apa, apakah dengan melawan stres atau lari dari stres.

Sebagai manusia, kita dapat menentukan stres untuk masuk dalam kategori stres baik dengan melatih growth mindset kita.

“Kalau selama ini kita selalu berpikir stres buruk, maka kita bisa melatih otak kita untuk berpikir bahwa stres itu baik karena dapat meningkatkan keterampilan diri untuk mengelola stres dengan cara yang tepat, seperti dengan olahraga, aktivitas seni, journaling, katarsis, menganalisa sumber masalah dan segera menyelesaikannya,” tambahnya.

Sama seperti orang dewasa, anak juga memiliki rasa cemas, khawatir, dan bosan selama di rumah. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan melihat pentingnya bagi orang tua untuk memperhatikan kesehatan mental anak agar tetap terjaga.

Jadilah teman anak sesekali, jangan selalu jadi orangtua yang berceramah pada anak. Anak butuh figur orang tua yang dapat diandalkan, kompeten dan efektif dalam mengasuh anak di situasi seperti ini. Upgrade diri untuk semakin kompeten, apa saja yang perlu dilakukan untuk menjalin aktivitas bersama dengan anak, misal: masak bersama, olahraga bersama, baca buku, aktivitas seni bersama, bersih-bersih rumah sesekali bersama.

Selama orang tua peka terhadap kebutuhan anak yang dapat terlihat dari perilakunya dan menyediakan waktu untuk saling bercerita, maka akan terasa kebersamaannya di dalam keluarga dan itu akan sangat bermanfaat karena terasa saling menguatkan satu sama lain.

Fransiska Ignasia

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: