RT - readtimes.id

Kesiapan dalam Penyediaan Stasiun Pengisian Mobil dan Motor Listrik

 

Readtimes.id-  Tren kendaraan ramah lingkungan seperti mobil dan motor listrik sudah mulai terlihat.   Untuk menjaga ketahanan energi di masa depan ada transisi dari bahan bakar minyak ke listrik. Kendaraan listrik masa depan memungkinkan Indonesia sebagai pemasok industri kendaraan listrik skala otomotif dunia. Kecepatan pengembangan kendaraan listrik dapat menunjukkan eksistensinya, yang disambut dengan kualitas sumber daya yang berkualitas. Bukan hanya sumber daya alam namun sumber daya manusia (SDM) jadi kunci pengembangan kendaraan listrik.

Saat ini Indonesia telah memiliki 62 stasiun pengisian baterai atau charging untuk kendaraan listrik yang dimiliki oleh PT PLN (Persero), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan PT Pertamina (Persero) maupun pihak swasta. Dengan memenuhi target 180 charging station pada 2020 yang tersebar di Indonesia, baik berupa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) maupun Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). Pada 2025 pemerintah merencanakan adanya 2.465 charging station. Sebanyak 2.200 unit mobil listrik dan 2,13 juta unit motor listrik bisa diproduksi. Lalu jumlah ini meningkat menjadi 4,2 juta unit mobil listrik dan 13,3 juta unit motor listrik pada 2050.

Senior Supervisor Communication Relations Pertamina Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan mengatakan pertamina menghadapi seperti energi baru terbarukan, bisa melakukan penyesuaian. Hal ini telah terjadi dari zaman ke zaman. Sekarang pertamina sudah bukan perusahaan minyak lagi, sejak tahun 2007, dan sudah bermetamorfosis menjadi perusahaan energi. Apapun sumber daya bahan bakar kendaraan ataupun bahan bakar apapun yang berhubungan energi, sepanjang itu kita layani juga.

Sekarang pemerintah mulai marak mencanangkan energi yang ramah lingkungan. Pada  sektor Bahan Bakar Minyak (BBM). Melakukan penyesuaian dengan BBM ramah lingkungan  sesuai yang dipersyaratkan oleh  peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2017, dan juga sudah dipersyaratkan oleh pabrikan mesin dunia. Itu minimal pertalite, lalu pertamax turbo untuk kendaraan umum. Pertamina merupakan perusahaan penyedia energi maka banyak anak perusahaan yang bergerak. Mulai  panas bumi hingga  gas ada semua.  

Tantangan utama yang dihadapi adalah bangkitnya energi baru terbarukan (EBT) dimana kampanye penggunaan energi baru terbarukan di dunia semakin gencar dan meminta masyarakat untuk meninggalkan penggunaan energi berbasis fosil yang dinilai sebagai penyumbang terbesar sebanyak 70 persen emisi gas rumah kaca yaitu bensin premium. Mulailah menggunakan bahan bakar yang sekelas pertalite dan pertamax. Juga berdaya hidup ramah lingkungan. Karena premium banyak kandungan yang dapat merusak Kesehatan dan lingkungan.     

“Terkait sektor kelistrikan, mempunyai stasiun pengisian kendaraan listrik umum. Jadi SPBU sama dengan stasiun pengisian bahan bakar umum, dalam hal ini, di Jakarta memang sudah punya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum karena market mobil listrik di Jakarta sudah cukup banyak. Untuk Indonesia timur, memang bisa dihitung jari dengan kendaraan  listriknya. Sejalan dengan itu, kita menyesuaikan apapun kebijakan pemerintah untuk menyediakan energi terbarukan. Sudah banyak produksi energi terbarukan mulai dari solar, kita juga sudah mengkaji sumber terbarukan lainnya. Jadi beberapa campuran bahan bakar minyak yang berasal dari bahan energi terbarukan,” ujarnya kepada readtimes.id, Jumat 19 Maret 2021.   

Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik Untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Dalam peraturan pemerintah dibahas mengenai SPKLU dan juga SPBKLU untuk kendaraan bermotor listrik yang melingkupi charging station atau alat charge private seperti pada showroom, perusahaan swasta dan juga di rumah tangga. 

Meski bahan bakar minyak masih akan tetap dibutuhkan dunia.  Sehingga harus membiasakan diri untuk memberdayakan hidup ramah lingkungan, sebab dunia akan kearah yang lebih ramah lingkungan.  Apabila industri baterai terbangun, Indonesia memiliki potensi terbesar untuk membangun ekosistem industri EV terbesar di kawasan Asia Tenggara. Bisnis baterainya akan dari hulu hingga hilir. Lalu, bakal tersedia infrastruktur charging station sampai dengan sistem daur ulang baterainya. Pemerintah optimistis dapat merealisasikan pembentukan holding baterai pada paruh pertama tahun ini. Apalagi, Indonesia memiliki bahan baku penting pembuatan baterai, yaitu nikel, aluminium, mangan, dan kobalt.

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: