RT - readtimes.id

Laboratorium Riset Administrasi Unhas Gelar Kuliah Umum Bahas Warisan Kolonialisme di Negara Berkembang

Readtimes.id– Laboratorium Riset Kebijakan dan Manajemen Publik, Departemen Ilmu Administrasi Fisip Unhas menggelar kuliah umum daring membahas warisan kolonialisme di negara berkembang pada Jumat, 19 April 2024.

Hadir sebagai pembicara Guru Besar Fisip Unhas, Profesor (Emeritus) Deddy T Tikson dan dimoderatori oleh dosen Administrasi Publik Dr. Ishak Salim dan diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari kalangan mahasiswa sarjana, pascasarjana, dan masyarakat umum.

Dalam kuliah umum tersebut, Prof. Deddy memberikan pemaparan mengenai warisan kolonialisme dan imperialisme di negara-negara berkembang. Ia menyoroti dampak dari warisan kolonialisme, seperti sejumlah sarana infrastruktur transportasi, baik jalan raya, jalan kereta dan sistem perkereta-apian, bangunan perkantoran maupun rumah-rumah dan bahkan istana kolonial, perkebunan karet, teh, berikut pabrik-pabrik serta sistem birokrasi.

Mantan Dekan Fisip Unhas juga membahas perkembangan ilmu pengetahuan yakni peran teori pembangunan dalam kemajuan negara pasca kolonial, seperti penerapan teori “dependent State” Peter Evans dan “Bringing State Back in” dari Ilmuwan Politik Theda Skocpol. Prof Deddy menegaskan bahwa negara-negara berkembang yang mengadopsi teori pembangunan tersebut memiliki potensi untuk maju sebagai negara pascakolonial.

Dua teori itu menekankan pentingnya negara kuat mengelola administrasi pembangunannya secara disiplin demi membangun kesejahteraan rakyat yang bertumpu pada tiga aliansi yakni terdiri dari ‘negara’, ‘local capital’, dan ‘foreign capital’.

Penulis buku “Teori pembangunan: modernisasi, keterbelakangan dan ketergantungan” ini menekankan bahwa sebuah negara harus disiplin menerapkan prinsip administrasi pembangunan tersebut agar pembangunan dirasakan secara menyeluruh

Hal ini yang kemudian menurutnya Prof Deddy gagal diciptakan oleh Indonesia utamanya saat Orde Baru. Pembangunan negara saat itu memang kuat namun hadir bukan untuk kemakmuran, melainkan untuk golongannya saja: kroni dan konglomerasi. Sehingga Hasilnya sulit mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) yakni sebuah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya.

Editor: Ramdha Mawadha

Avatar

Jabal Rachmat Hidayatullah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: