
Readtimes.id– Tidur adalah proses mengistirahatkan tubuh dari kepenatan sehari-hari. Saat tertidur, seluruh bagian tubuh akan ikut beristirahat. Namun pernahkah kamu melihat seseorang yang tidur sambil berjalan? Hal tersebut dikenal dengan sebutan sleepwalking.
Pada dasarnya, tidur memiliki tahapan mulai dari rapid eye movement (REM) dimana mata bergerak dengan cepat, hingga pada tahap non rapid eye movement (Nom REM) dimana mata tidak mengalami pergerakan. Sedangkan sleepwalking masuk dalam kategori gangguan tidur di tahap non rapid eye movement.
Dokter Arlis Karlina, SpPD selaku spesialis ahli dalam menjelaskan mengenai gangguan sleepwalking. Menurutnya, sleepwalking sebenarnya belum diketahui secara detail. Menurut penelitian, tambahnya, kondisi yang sering menyebabkan sleepwalking adalah faktor usia.
“Biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak,” jelasnya pada Readtimes.id (21/4/22).
Sleepwalking juga bisa disebabkan oleh genetik. Penelitian menjelaskan bahwa unsur genetik juga memiliki peran dalam menurunkan sleepwalking ini. Bila orang tua pernah mengalami sleepwalking, maka sang anak juga akan mengalami hal yang sama.
Penyebab lain dari gangguan tidur ini berasal dari aktivitas yang sehari-hari yang terlalu padat, pola tidur yang tidak teratur, stres, lelah fisik dan otak, serta keadaan mabuk. Tak hanya itu, konsumsi obat-obatan seperti obat antipsikotik, dan antihistamin bisa juga menyebabkan gangguan tidur sleepwalking.
Orang yang menyaksikan langsung sleepwalking akan menganggap hal tersebut adalah hal yang tidak wajar dan mengaitkannya dalam hal-hal berbau gaib dan mistis. Nyatanya, dalam dunia medis hal tersebut adalah sebuah gangguan.
Seseorang yang mengalami sleepwalking akan sangat sulit disadarkan. Hal tersebut juga dijelaskan dr. Arlis
“Seperti yang saya bilang, kondisi ini biasanya di fase non rapid eye movement. Di maan kondisi ini tidur sudah mulai lelap,” ujarnya.
Ketika kamu melihat kerabat sedang mengalami gangguan sleepwalking, kamu tidak perlu takut dan membangunkannya. Cukup bimbing dia kembali ke tempat tidur.
Namun, apabila gejalanya sudah mengganggu orang sekitar dan cukup berbahaya, segeralah konsultasi ke dokter. Dokter akan secara langsung melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Dalam beberapa kasus, dokter spesialis penyakit dalam akan berkolaborasi atau konsul dengan dokter spesialis neurologi dan kesehatan jiwa.
Editor : Ramdha Mawaddha
10 Komentar