RT - readtimes.id

MIWF dan Jejak Bissu di Mata Gen Z

Foto: Gandhi Bintang (MIWF)

Readtimes.id – Bissu menjadi sosok yang diperkenalkan pada generasi muda dalam pagelaran Makassar Internasional Writer Festival (MIWF) tahun ini. Kehadirannya menjadikan festival tahunan itu tidak hanya panggung untuk para penulis dan sastrawan, tapi juga ruang bagi mereka yang diakui keberadaannya namun dipinggirkan.

Bissu di Sulawesi Selatan adalah mereka yang dipercaya sebagai sosok suci dan memiliki peran penting dalam ritual keagamaan, serta menjadi perantara antara manusia dengan Sang Pencipta. Bissu dipandang sebagai perpaduan antara laki-laki dan perempuan, dan memiliki peran khusus dalam masyarakat Bugis.

Eman Memay Harundja dari Komunitas Waria dan Bissu Sulawesi Selatan (KWRSS)mengungkapkan bahwa pihaknya merasa senang dilibatkan dalam festival besar ini untuk memberikan edukasi pada publik tentang keberadaan Bissu di Sulawesi Selatan.

“Ini adalah ruang yang sangat besar bagi kami memberikan edukasi pada publik, khususnya generasi muda di Sulawesi Selatan tentang Bissu. Kami ingin mereka tahu bahwa Bissu tidak hanya tentang ragam gender, tetapi mereka adalah penjaga budaya dan penjaga spiritual yang selama ini terlupakan,” kata Eman pada Readtimes.id.

Baca Juga : Tumbuh Bersama MIWF

Dia senang MIWF pada akhirnya tidak hanya menjadi panggung untuk para penulis dan sastrawan, tapi juga ruang untuk mereka yang terpinggirkan seperti Bissu untuk memperkenalkan diri melalui pertunjukan-pertunjukan spiritual, pameran, dan diskusi tentang penelitian.

“Tahun kedua ini spesial, karena kami diberi space yang agak banyak. Kami hadir di pameran dengan benda-benda yang digunakan Bissu, di pertunjukan spiritual seperti Ma’Dewata dan Mappalili, serta diskusi tentang penelitian daya lenting Bissu menghadapi era modern,” tambah Eman.

Dia mengungkapkan bahwa tahun ini adalah pencapaian yang luar biasa bagi KWRSS untuk bisa menghadirkan Bissu dari 4 daerah di Sulawesi Selatan, yaitu dari Soppeng, Pangkep, Wajo, dan Bone untuk tampil di MIWF.

Direktur MIWF, M. Aan Mansyur, mengungkapkan bahwa mereka senang karena MIWF dipercaya menjadi ruang yang nyaman untuk komunitas Bissu memperkenalkan diri ke khalayak yang lebih luas, terutama generasi muda.

“Kami senang sekali mereka percaya bahwa MIWF adalah ruang yang aman dan nyaman untuk bersuara. Mereka bisa terlibat adalah penghargaan untuk MIWF yang sejak dulu kami inginkan menjadi ruang kritis. Sebuah ruang yang memberikan keberagaman termasuk mereka yang berjuang dalam isu-isu ragam gender,” ungkap Aan.

Dia mengatakan bahwa kehadiran Bissu di MIWF juga penerjemah lebih dalam tentang tema tahun ini, yakni Land And Hand.

“Tahun ini temanya Land And Hand. Pesannya adalah tentang perampasan ruang hidup untuk mereka yang selama ini dimarginalkan. Lewat kehadiran Bissu juga dalam festival ini, kami ingin menyampaikan pesan itu,” tambah Aan.

Dia berharap tahun depan MIWF mampu memberikan ruang yang lebih besar untuk ragam gender dan memastikan suara mereka tersampaikan dan didengar oleh masyarakat luas.

Menarik Perhatian Kalangan Muda

Pesan keragaman yang hendak disampaikan MIWF dirasakan oleh kalangan muda yang hadir menjadi pengunjung. Bissu menjadi hal yang menarik perhatian mereka di luar diskusi dan pertunjukan sastra.

“Iya, menjadi daya tarik tersendiri bagi saya yang pertama kali mengunjungi MIWF tahun ini. Dan saya baru tahu ternyata ada namanya Bissu di Sulawesi Selatan,” ungkap Tomi (20), seorang pengunjung yang datang bersama teman-temannya.

Dia berharap pertunjukan tentang Bissu selalu ada di MIWF agar generasi muda seperti dia bisa lebih mengenal budayanya sendiri.

“Saya dari Pangkep, dan dari sini saya baru tahu bahwa di Pangkep itu ada namanya Bissu. Semoga tahun depan MIWF tetap menghadirkan Bissu agar saya dan teman-teman muda lainnya juga tahu tentang Bissu,” tambah Tomi yang kini tengah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Makassar itu.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Kaila (19) yang datang bersama keluarga. Dia mengaku baru tahu tentang keberadaan Bissu di Sulawesi Selatan melalui festival ini.

“Bapak saya orang Jawa, Mama Bugis. Tapi saya baru tahu sekarang bahwa ternyata di Sulawesi Selatan itu ada yang namanya Bissu,” ungkap Kaila.

Dia berharap bisa menyaksikannya kembali di MIWF tahun depan bersama keluarga.

Harapan yang sama juga diungkapkan oleh Sinta (21) yang mengaku bahwa baru mengetahui jika Bissu bisa tampil di depan publik dan disaksikan secara langsung.

“Iya, sebenarnya pernah dengar. Cuma sebatas yang saya tahu mereka itu hanya di kerajaan dan tidak bisa dilihat sembarang orang. Tapi tadi waktu dijelaskan di pameran benda-benda Bissu jadi tahu bahwa mereka itu bisa sebenarnya muncul di publik,” ungkap Sinta.

Dia berharap di MIWF tahun depan dirinya bisa berinteraksi langsung dengan Bissu untuk mengenal mereka lebih dekat.

Editor: Ramdha Mawaddha

Ona Mariani

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: