RT - readtimes.id

Moeldoko dan Kegagalan Komunikasi Politik Elit

Readtimes.id– ” Saya pikir, ada satu hal yang kurang mendapatkan perhatian oleh banyak tokoh dan elit politik negara ini, yakni kemampuan komunikasi politik” tegas Pakar Komunikasi Politik Universitas Hasanuddin Dr. Hasrullah kepada readtimes.id

Bagi, dosen Fisip Unhas tersebut, fenomena kehebohan, Moeldoko, Partai Demokrat dan Agus Bambang Harimurti Yudhoyono(AHY) merupakan fenomena gunung es di balik ketidakmampuan para elit itu sendiri dalam membangun komunikasi politik yang baik dalam upaya mencari dukungan politik.

“Kita semua paham, setiap tokoh politik memiliki hasrat untuk berkuasa. Begitu pula seorang Jenderal TNI Dr.H. Moeldoko, S.I.P, wajar saja jika kemudian punya cita-cita menjadi calon presiden dan berharap memiliki kendaraan politik seperti partai Demokrat. Apalagi, kini sejumlah survei menunjukkan trend partai Demokrat semakin hari semakin menanjak, namun sayangnya jenderal Moeldoko kurang paham apa yang disebut dramaturgi politik yakni sistim operasi dan negosiasi dibalik layar politik”, terang Hasrullah.

Pakar komunikasi politik Universitas Hasanuddin ini, juga menyampaikan harusnya Jenderal Moeldoko, bukan mendatangi para ketua DPD, DPC partai Demokrat namun mendatangi senior beliau di TNI sekaligus mantan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) dan menyampaikan keinginan jika benar ingin jadi Calon Presiden, sekaligus menawarkan diri sebagai konfigurasi Pasangan Capres Alternatif Moeldoko-AHY atau sebaliknya AHY-Moeldoko, tentu itu akan jauh lebih menarik dibandingkan melakukan usaha pengambilalihan Partai Demokrat seperti yang ramai diberitakan.

Kemampuan komunikasi politik inilah yang kurang dimiliki oleh Moeldoko sebagai seorang tokoh politik, apalagi sebagai seorang elit politik yang berada pada lingkaran terdekat dengan Presiden. Tanpa kemampuan negosiasi belakang layar tersebut, tentu akan sulit bagi Moeldoko untuk bisa memiliki kendaraan politik untuk maju menjadi calon Presiden.

Karena politik bukan sekedar kemampuan menguasai struktur politik seperti Parpol, namun dibalik itu semua ada kemampuan komunikasi politik yang terstruktur dan sistematis untuk mendapatkan dukungan politik para elit, lalu kemudian mendapatkan dukungan politik rakyat.

” Lebih jauh kita semua harus mafhum dalam politik Indonesia, negosiasi politik senantiasa diselesaikan dari belakanh layar politik bukan ‘konfrontasi terbuka’ layaknya perang terbuka militer, ” tutup Hasrullah.

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: