RT - readtimes.id

Pandemi Covid-19, Bisnis Perhotelan Masih Tersendat

Readtimes.id- Setahun pandemi Covid-19 di Indonesia, industri perhotelan, restoran dan pariwisata adalah sektor yang paling terdampak. Mobilitas dan daya beli menjadi faktor penentu. Saat ini, animo untuk bepergian, masyarakat masih memilih berwisata ke destinasi yang dekat dengan tempat tinggalnya. Dengan pertimbangan protokol kesehatan yang cukup rumit, masyarakat juga masih memilih bepergian menggunakan kendaraan pribadi.

Memasuki bulan ke 13 pandemi hingga tahun 2021 ini, sektor pariwisata dan perhotelan masih muram. Bisnis perhotelan dan restoran terancam kolaps akibat seluruh relaksasi utang perbankan disusul dengan periode low season tahunan yang rutin datang pada masa ramadhan. Data Badan Pusat Statistik (BPS), angka hunian hotel pada periode peak season tahun 2020, berada pada level 19-40 persen. Hal ini menyentuh level terendah dalam sejarah. Dalam kondisi normal selama 10 tahun terakhir, level tertinggi hunian hotel di Indonesia mencapai 58 persen pada bulan spek season.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Selatan, Anggiat Sinaga mengatakan, Saat ini, bisnis hotel sudah mulai merangkak yang awalnya hanya 15-18% tingkat huni, sudah mulai bergerak ke 28-30%. Bukan hanya itu, bahkan Bali dan Jogja masih terpuruk hingga rata-rata hanya 10-15%.

Telah dilaksanakan vaksinasi bagi 5.000 karyawan, sebanyak 155 hotel dan restoran di Makassar. Setelah vaksinasi, sehingga kepercayaan para tamu dan masyarakat untuk menggunakan jasa dan fasilitas perhotelan dan restoran semakin tinggi. Sehingga akan berkontribusi terhadap percepatan pemulihan ekonomi Sulsel.

“Strategi kita bahwa komitmen dalam menjalankan protokol kesehatan agar publik percaya untuk layanan yang disediakan hotel dan restoran. Protokol kesehatan tetap harus ditetapkan dengan ketat. Selain meningkatkan kekebalan tubuh penerapan protocol kesehatan juga menjadi solusi dalam penanganan Covid-19,” ujarnya kepada readtimes.id Senin, 22 Maret 2021.

Sebagian bisnis hotel dan restoran, mulai merasakan pemulihan namun ada juga yang masih berjuang. Banyak yang masih tutup, ada yang sudah beroperasi namun tetap dirundung kerugian. Beradaptasi atau berusaha untuk bertahan. Rata-rata okupansi hotel dan restoran hingga tutup tahun 2020 sebanyak 34 persen. Kisaran ini masih membuat para pelaku hotel dan restoran rugi.

Berharap pulih, masih agak sulit. Sektor pariwisata butuh pergerakan masyarakat. Namun, pandemi menahan pergerakan, entah sampai kapan berlangsung dan proses vaksinasi masih panjang. Banyak dampak yang diakibatkan oleh virus ini, yang bisa mengubah kehidupan masyarakat, melumpuhkan bidang pariwisata. Membuat seluruh penerbangan baik domestik maupun internasional tutup entah sampai kapan.

Bisnis bergerak dibidang pariwisata terutama perhotelan mengalami pasang surut diakibatkan karena tidak mendapatkan tamu. Banyak hotel dari bintang terendah hingga bintang lima yang terpaksa meliburkan karyawan. Bahkan mem-PHK karyawan. Semua pihak terkena dampak mulai dari pemilik hingga para pekerjanya. Dapat ditemukan juga karyawan yang bekerja dengan gaji yang dipotong. Tujuannya untuk tidak menghabiskan biaya operasional yang besar.

Pihak hotel berusaha mendapatkan tamu kembali dengan memasarkan hotel, dan menawarkan promo paketan untuk breakfast, lunch, dinner, ataupun event lainnya. Efek pandemi Covid-19, industri pariwisata dan perhotelan masih diprediksi belum pulih tahun ini. Berharap pandemi segera berakhir, vaksin berhasil ditemukan supaya segera didistribusikan dengan baik dan cepat. Agar wisatawan bisa bepergian dengan rasa aman dan nyaman.

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: