Readtimes.id — Seorang penggemar tentu akan sangat mencintai idolanya, bahkan bagi yang fanatik sering berimajinasi idolanya adalah pacar bahkan suami. Tak hanya di dunia Kpop saja, penggemar di seluruh belahan dunia akan berperilaku seperti itu bukan?
Menurut penelitian, hal tersebut dianggap sebagai fenomena parasocial relationship. fenomena ini dikenal oleh para ilmuwan sejak tahun 1956.
Adalah Donald Horton dan R. Richard Wohl yang meneliti dan menjelaskan terkait fenomena ini. Kedua peneliti tersebut menjelaskan bahwa parasocial relationship adalah “hubungan satu sisi” yang terbentuk antara seseorang di dunia nyata, dan seseorang di dunia maya.
Menurut pandangan psikolog, hubungan ini terbentuk secara sepihak, yaitu seorang penggemar akan melakukan apa saja untuk idolanya, meskipun idolanya tidak mengetahui keberadaan dirinya.
“Parasocial relationship adalah hubungan sepihak dari seorang pengguna sosial media yang memberikan waktu, energi emosional, dan minatnya kepada tokoh di media yang sama sekali tidak mengetahui keberadaannya misalnya selebritas, influencer, karakter anime, tokoh-tokoh di film, TV, radio, dan bahkan social media,” jelas Elita Kirana, M. Psi., Psikolog pada Readtimes.id (7/6).
Parasocial relationship ini muncul karena adanya ketertarikan seseorang kepada idolanya saat bertemu di dunia maya. Seperti halnya ketertarikan yang dirasakan ketika bertemu dengan orang-orang di dunia nyata. Jika idola yang ditemui memberikan kesan menarik, maka penggemar akan langsung berimajinasi seolah-olah mereka dekat dengan sang idola.
Salah satu faktor utama maraknya fenomena ini adalah kemudahan akses internet. Seseorang akan dengan mudah mengetahui kabar terbaru dari para artis dan selebritas. Tak hanya itu, seseorang juga lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui media sosial.
Menurut Elita, pandemi Covid-19 juga menjadi pemicu meningkatnya fenomena parasocial relationship ini. Hal tersebut dikarenakan adanya aturan jarak sosial sehingga akses dan interaksi daring pada selebritas di media lebih banyak terjadi. Tanpa sadar, hal ini juga menyamarkan batas antara dunia maya dan dunia nyata.
Kendati demikian yang perlu diketahui Parasocial relationship bukanlah sebuah gangguan mental selama tidak mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari seseorang secara fisik, kognitif maupun sosial karena menjadi malas berinteraksi dan sulit untuk membedakan antara realitas dan khayalan.
“Misalnya, menghabiskan waktu hanya untuk mencari tahu idolanya. Hal lainnya juga seperti jika telah mengalami kesulitan untuk membedakan realitas dan khayalan,” papar Elita.
Editor : Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar