RT - readtimes.id

Parlemen Jalanan di Bawah Rezim Kakanda

Readtimes.id– Di bawah kuasa tirani

Ku susuri garis jalan ini

Berjuta kali turun aksi

Bagiku satu langkah pasti

Berikut adalah penggalan lirik lagu marjinal Buruh Tani yang senantiasa disenandungkan oleh aktivis mahasiswa ketika mereka turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasinya yang diharapkan dapat mewakili isi hati masyarakat. 

Lagu yang selalu memiliki daya magis untuk sekedar membakar semangat para kaum terpelajar itu untuk mengenang bahwa suara mereka juga pernah diperhitungkan dalam menumbangkan rezim otoriter yang  berkuasa selama 32 tahun di negeri ini. Dan  seolah kejayaan itu tak segan untuk diulangi jika saja rezim hari ini juga datang dengan kebijakan yang dapat merugikan rakyat.

Namun jika melihat kondisi sekarang tampaknya harapan itu bak panggang jauh dari api. Suara mereka  tak lagi diperhitungkan, bahkan terkesan dibungkam. Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja, revisi UU KPK adalah sekian bukti selain tindakan represif serta sejumlah aksi parlemen jalanan yang berujung pada penangkapan.

Kenyataan itu semakin menyedihkan tatkala rumor bahwa aksi mahasiswa tak jarang juga ditunggangi oleh elit yang dulunya juga pernah berstatus sebagai  mahasiswa, sekaligus mantan aktivis parlemen jalanan untuk menyalurkan hasrat untuk berkuasa juga santer terdengar.

Adalah Rafani Tuahuns Ketua PII (Pelajar Islam Indonesia) menganggap bahwa pada dasarnya penunggangan aksi mahasiswa tersebut sifatnya kasuistik dan tidak dapat diberlakukan untuk semua aksi mahasiswa.

” Kalau di lapangan itu sebenarnya kasuistik saja, bahwa ada senior-senior terdahulu yang kemudian menunggangi aksi mahasiswa demi kepentingan mereka di atas.  Hal ini tidak bisa digeneralkan  untuk semua aksi mahasiswa. Dan perlu diingat bahwasanya gerakan semacam ini tidak akan bertahan lama  karena gerakan mahasiswa pada dasarnya bukan hanya gerakan massa tapi juga gerakan kaderisasi, melalui itu pasti akan selalu tumbuh jiwa-jiwa independen yang baru, ” ujar Rafani

Mengomentari terkait suara mahasiswa yang tak lagi digubris oleh pemerintah, menurut Rafani sejatinya memang ada hal yang masih luput dari gerakan mahasiswa hari ini yakni menyoal tentang pembaharuan strategi gerakan.

” Mengapa bisa terjadi demikian? Ya tak lain karena gerakan mahasiswa hari ini masih belum mampu menyesuaikan diri dengan kondisi. Parlemen jalanan itu memang penting, tapi sayangnya  hari ini gerakan tagar di sosial media itu jauh lebih ampuh mempengaruhi opini publik untuk juga ikut mendesak pemerintah. Ini yang saya pikir harus dipertimbangkan lagi oleh kawan mahasiswa,” tambahnya

Lebih jauh pihaknya juga memandang selain melalui parlemen jalanan dan pemanfaatan sosial media, gerakan mahasiswa hari ini juga perlu bersentuhan langsung dengan masyarakat melalui kegiatan- kegiatan volunteer  seperti pendampingan masyarakat di daerah terpencil, mengajar di daerah pelosok, atau bahkan menjadi relawan pasca bencana untuk mengetahui secara langsung permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Pada akhirnya status mahasiswa sebagai agen perubahan perlu pembuktian untuk tak sekedar berakhir menjadi sebuah slogan. Mahasiswa perlu menggunakan seluruh indranya untuk mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat sebelum benar-benar menyuarakan. Dan Jika idealisme adalah sebuah kemewahan terakhir yang harus dipertaruhkan kita tentu masih berharap itu tidak akan tergadai hanya karena proposal anggaran dana kegiatan di atas meja kakanda yang selalu haus akan penghormatan.

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: