Readtimes.id—Politeknik Nusantara (Polinus) Makassar mendorong peningkatan produksi nelayan bagan tancap di Kota Makassar melalui program pemberdayaan hingga pemberian stimulus kepada para nelayan.
Upaya ini didasarkan kekhawatiran sejumlah pengajar Polinus terhadap perkembangan Kota Makassar saat ini. Eksistensi nelayan-nelayan tradisional dinilai mulai tergerus oleh zaman termasuk nelayan tradisional bagan tancap.
“Saat ini di Makassar, sudah sangat jarang sekali kita temui nelayan bagan tancap yang notabene adalah nelayan tradisional (small scale fisheries) sehingga kita tidak mau dikemudian hari nelayan bagan tancap sudah hilang ditelan oleh zaman,” kata Dosen Prodi Agribisnis Perikanan Polinus Nur Ifra Khumaera di Makassar, Jumat
Apalagi, kata dia, kondisi ini semakin diperparah dengan adanya wabah COVID-19 yang tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan bagan tancap.
Maka sebagai upaya mendorong keberlangsungan produktivitas para nelayan, khususnya nelayan bagan tancap, Polinus menggelar dua kegiatan utama sebagai wujud dari Pengabdian Kepada Masyarakat Stimulus (PKMS).
Program tersebut berisi pemberian bantuan stimulus lewat perbaikan bagan tancap dan perahu nelayan berupa tali pengikat bagan dan cat untuk perahu. Serta menggelar pelatihan diversifikasi produk ikan kering dan pelatihan keuangan bagi istri para nelayan.
Ifra mengatakan hal ini sebagai salah satu wujud kinerja dan tanggung jawab dosen dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pengabdian masyarakat yg bertema “Pemberdayaan Nelayan Bagan Tancap Pada Era Adaptasi Kebiasaan Baru Kota Makassar”.
Selain pelatihan diversifikasi produk dan pengelolaan keuangan, kata Ifra, pihaknya juga memberikan bantuan alat produksi ikan kering dan lemari etalase yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh ibu-ibu nelayan untuk berjualan ikan kering.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini, kami melatih istri-istri nelayan tradisional di Kecamatan Tallo sehingga menginspirasi ibu-ibu nelayan lainnya untuk membuat produk ikan kering hasil tangkapan yang kita kemas dengan semenarik mungkin sehingga bisa dijual di pasaran,” urainya.
Seorang nelayan bagan tancap bernama Tahir mengatakan hasil tangkapan yang tidak menentu membuat pendapatan juga tidak kunjung pasti.
“Apalagi akibat pandemi virus corona ini kita mau jual ikan juga susah,” ujar Tahir.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung sekitar enam bulan mulai dari tahap sosialisasi program yang telah dilaksanakan pada Mei. Selanjutnya, program berlangsung bulan Juli-September, evaluasi dan monitoring hasil kegiatan pada bulan Oktober dan pelaporan hasil kegiatan direncanakan selesai pada bulan November-Desember 2021.
Hasil evaluasi dan monitoring kegiatan tim pengabdian masyarakat ini akan dikomunikasikan secara intens dengan mitra sasaran dan berkoordinasi dengan pihak kampus untuk melihat dampak perubahan terutama terhadap peningkatan pendapatan melalui alternatif usaha ikan kering yang dijual.
Sumber : ANTARA
Tambahkan Komentar