Readtimes.id- Relevansi pendidikan tinggi dengan lapangan kerja yang sangat ekstensif. Terkait penataan dan kesetaraan kualifikasi jenis dan program pendidikan tinggi. Level kualifikasinya antara Diploma satu hingga Diploma empat fokus pada pengembangan dan peningkatan keahlian kerja yang spesifik. Sedangkan sarjana fokus pada pengembangan keilmuan. Selain itu profesi, spesialis hingga magister pada pengembangan magister terapan, dan doktor terapan.
Adapun konsep Kerangka Kualifikasi Indonesia (KKNI) 2014, pencapaian level kualifikasi melalui berbagai alur. Mengenai peningkatan profesionalitas lebih kepada pendidikan formal, SMP hingga S3. Peningkatan karir lebih kepada dunia kerja, teknis, tenaga ahli, atau sebagai operator dengan berbagai peningkatan pengalaman atau belajar mandiri. Lalu bagaimana relevansi antara pendidikan tinggi dengan lapangan kerja?
Pakar pendidikan dari Universitas Hasanuddin, Dr. Ir. Rhiza S.Sadja, MSEE mengatakan, peraturan presiden nomor 8 tahun 2012 yang kemudian dilaksanakan terkait kerangka kualifikasi nasional Indonesia. Pendidikan tinggi menyediakan level kualifikasi dari level 3 hingga level 9. Kualifikasi yang diberikan oleh pendidikan tinggi ada dua jalur.
Pertama jalur akademik fokusnya bukan sebetulnya menghasilkan tenaga kerja, jadi program-program akademik itu, ada magister, sarjana dan doktor tujuan utamanya sebetulnya bukan menghasilkan tenaga kerja. Lulusan akademi fokus pada pengembangan ilmu. Bahwa nantinya menghasilkan lulusan sebagai dampak saja, efek samping atau produk samping. Kedua, pendidikan tinggi fokus pada pengembangan atau menghasilkan tenaga kerja sesuai dengan level kualifikasinya yaitu Diploma satu hingga spesialis yang setara dengan doktor dan magister. Pelatihan dasar atau Diklat yang dibuat permanen oleh perusahaan atau instansi terkait.
“Jalur pengembangan dunia pendidikan kita, mulai level pertama dari lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga pendidikan doktor. Dunia pekerjaan hanya diakui bagi yang pendidikan SMP. Kalau lulusan SD tidak boleh bekerja, yang bisa bekerja minimal lulusan SMP. Peningkatan karir di dunia kerja dengan mengupgrade pendidikan hingga level doktor atau spesialis. Ada juga kewajiban dari dunia kerja untuk menyediakan pelatihan yang secara teoritis dalam peningkatan karir seseorang untuk peningkatan profesionalitas seperti menjadi direktur utama dalam suatu perusahaan. Seperti ASN ada pelatihan khusus disediakan,” ujarnya kepada readtimes.id, Sabtu 3 April 2021.
Keahlian dan bakat bukan hanya didapatkan di dalam perkuliahan namun ada dari hasil belajar mandiri dan pengalaman yang didapatkan. Seperti pekerjaan sebagai artis hingga mendapatkan penghargaan. Semakin banyak penghargaan yang diperoleh akan semakin banyak penggemarnya. Begitupun dengan para alumni universitas yang mendapatkan pekerjaan yang berbeda. Ada yang hanya sebagai pekerja dan menunggu gaji perbulannya. Bekerja dengan pemikiran-pemikiran yang bisa diandalkan sehingga pemikirannya bisa menghasilkan. Lulusan pendidikan tinggi sebaiknya melakukan pengembangan dengan melakukan penelitian dengan keilmuannya.
Pendidikan tinggi juga perlu melakukan program link and mach, kesesuaian antara dunia pendidikan tinggi dengan industri. Fokus dalam link and match pada dunia pendidikan. Namun, banyak industri di Indonesia bukan ril industri. Sebuah industri adalah mempunyai spending minimal 25 persen untuk kegiatan penelitian pengembangan atau riset dan development. Industri yang seperti di Indonesia hanya sedikit sekali. Minimal lulusan Sarjana seandainya industri itu berkembang seperti pengembangan riset di dalamnya, pasti tidak ada kekurangan lapangan pekerjaan. Karena lulusan Sarjana itu jalurnya akademik. Sedangkan industri tidak punya atensi untuk itu.
Dunia pendidikan perlu ada link dan match dan dengan lapangan pekerjaan. Sebaiknya jangan disalahkan pendidikannya. Apakah lapangan pekerjaan itu sesuai dengan seharusnya. Melihat jangan hanya dunia pendidikannya saja. Sebelum melanjutkan pendidikan peserta didik, mau berbuat apa? Bukan menekankan kepada siswa harus menjadi apa. Agar saat menduduki sekolah menengah atas sudah punya sesuatu yang menjadi pegangan hidup dan sudah berbuat sesuatu yang menjadi menopang hidupnya. Saat SMA sudah percaya diri untuk hidup. Ketika melanjutkan pendidikan hanya sebagai tambahan sebab tidak perlu lagi bantuan orang tua untuk siswa mau jadi apa.
Sekarang sistem pendidikan kita dibuat dengan menentukan profil lulusan dan selalu mengikuti program itu sendiri. Tidak pernah ditanya kalau dia sudah berkontribusi dan berbuat apa dan menjadi apa? Kita tentu, robot penari dan menjadi sepak bola. Sistem ini yang harus diubah total. Anak-anak jangan dijadikan sebagai program dia mau jadi apa, tapi dibentuk sejak awal. Pendidikan bertujuan untuk mendidik yang bisa menentukan cita-cita adalah anak atau mahasiswa. Serta perlu ada kesesuaian pendidikan antara jabatan dan pendidikan.
Tambahkan Komentar