Readtimes.id– Terpilihnya Nagita Slavina sebagai ikon pekan olahraga nasional (PON) XX yang akan digelar di Papua menuai beragam komentar dari para pelaku seni Tanah Air.
Berawal dari unggahan instagram komedian Arie Kriting yang tengah menunggu tanggapan masyarakat Papua atas penunjukan Nagita Slavina, kemudian mendapat atensi dari sejumlah artis kenamaan Tanah Air. Menurut Arie, seharusnya ada perwakilan perempuan Papua yang mendampingi Boaz Salossa yang juga didapuk sebagai duta PON.
Arie beranggapan, penunjukkan seniman yang kerap disapa Gigi ini dapat mendorong adanya cultural appropriation, yaitu sebuah aksi adopsi yang tidak diakui atau tidak pantas atas kebiasaan, praktik, ide, dari satu orang atau masyarakat oleh anggota orang lain dan biasanya dilakukan oleh masyarakat yang lebih dominan.
Antropolog Universitas Hasanuddin, Pawennari Hijjang, kepada readtimes.id mengungkapkan bahwa pada dasarnya komentar Arie Kriting memilki dasar argumentasi yang kuat bahwa sudah seharusnya PON XX di Papua juga menjadi momentum memperkenalkan budaya Papua melalui putra-putri Papua secara langsung.
Kendati demikian, menurut dosen yang aktif dalam melakukan penelitian di Papua ini, pemilihan Nagita Slavina juga tak bisa disalahkan, mengingat kegiatan tersebut bersifat nasional.
“Di sini kita juga harus melihat dari sisi lain bahwa kegiatan PON ini ditargertkan akan diikuti seluruh daerah di Indonesia. Jadi menurut saya pemilihan Nagita harus dilihat dari aspek nasionalnya,” terangnya.
Perihal ikon PON tahun ini yang menjadi perhatian publik dibanding tahun sebelumnya, Pawennari memandang hal tersebut tidak lepas dari pembahasan Papua yang memang tengah hangat diperbincangkan publik. Wacana penolakan perpanjangan otonomi khusus, permasalahan HAM dan isu kedaulatan membuat segala pembahasan terkait Papua menjadi lebih sensitif.
Terlepas dari itu, perhelatan PON tahun ini sejatinya harus tetap berjalan dan menjadi sarana mengenalkan kekayaan budaya Indonesia ke mata dunia. Melaui perhelatan PON bangsa ini harusnya mampu memupuk rasa kesatuan dan persatuan yang mungkin saja mulai tergerus oleh zaman. Melalui PON pula bangsa ini seharusnya mampu menunjukkan pada dunia bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk saling membenci atau pun saling menghancurkan.
545 Komentar