Readtimes.id– Prabowo saat ini dinilai sebagai bakal calon Presiden dengan dukungan partai terbanyak, setelah Demokrat memutuskan merapat ke kubu Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang sebelumnya dihuni Gerindra, Golkar, PAN, PBB, dan Gelora. Meski demikian, koalisi gemuk ini disebut tak akan berdampak besar bila tidak didukung figur cawapres yang kuat.
Pengamat Politik Ujang Komarudin mengatakan, dalam memenangkan Pilpres, faktor figur menjadi hal yang paling utama baik untuk capres maupun cawapres. Parpol sendiri merupakan faktor kedua setelah figur.
Ini bisa dilihat pada Pilpres 2014 dan 2019 di mana figur Jokowi bisa mengalahkan Prabowo walau di 2014 partai pendukung Jokowi lebih sedikit, dan berlanjut menang lagi di 2019 sebagai incumbent.
“Saya melihat soal yang menentukan utama dari kemenangan ya faktor figur, setelah itu baru partai-partai koalisinya dan lain-lain,” katanya saat dihubungi Readtimes pada Senin, 18 September 2023.
Selanjutnya Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini juga menilai kemenangan Prabowo masih harus melihat figur-figur cawapres dari calon lain.
Saat ini baru Anies yang sudah memiliki cawapres, sedangkan Ganjar belum atau kemungkinan lain juga masih bisa terjadi. Sehingga menurutnya, harus menunggu cawapres dari setiap koalisi lengkap baru bisa menghitung, sebab saat ini semua memiliki peluang untuk menang.
“Elektabilitas capres-cawapres juga masih terus naik turun, ya artinya ini harus juga dilihat progres elektabilitas seperti apa. Kenaikannya sampai mana dan berapa itu juga harus kita lihat dan kita nilai selama elektabilitasnya masih rendah, kemenangan itu belum bisa diukur,” jelasnya.
Ia mengatakan pendaftaran yang masih cukup lama membuat semua kemungkinan bisa terjadi, saling pindah koalisi masih memungkinkan sehingga susah memprediksi peta politik yang masih terus dinamis atau berubah. Semua calon masih memiliki peluang menang yang sama sebab tidak ada yang final dalam figur dan partai politik.
“Kita lihat saja nanti kita analisa setelah mereka punya pasangan yang lengkap sampai 20 persen sesuai aturan untuk bisa didaftarkan,” katanya.
Selain itu, Ujang berujar dinamika dukungan atau kemenangan yang saat ini terjadi, menjadi salah satu alasan Prabowo dan Ganjar berhati-hati memilih cawapres. Terkhusus Prabowo yang sudah dua kali kalah maka tidak boleh asal pilih, namun harus dihitung dengan matang secara rasional. Cawapres yang ideal harus didapatkan agar bisa menambah kekuatan untuk menang.
Pendaftaran capres-cawapres yang jatuh pada 10 Oktober nanti masih bisa memberi waktu untuk koalisi agar tidak terburu-buru menentukan cawapres. Ujang menilai, koalisi Prabowo saat ini masih menimbang-nimbang, dibanding terlalu cepat menentukan namun berujung kalah dan pasti rugi sehingga lebih baik tidak gegabah.
“Karena bagaimanapun Prabowo sudah dua kali kalah, maka ya pilihannya yang ketiga kalinya ketika maju sebagai capres harus menang di 2 tempat tadi ya, maka harus mencari figur cawapres yang pas dan cocok untuk bisa membawa kemenangan bagi Prabowo Subianto,” pungkasnya.
Editor : Ramdha Mawaddha
Reporter :Fikri Rahmat Utama
9 Komentar