Readtimes.id — Tidak ada yang abadi dalam dunia politik. Begitu kira-kira bunyi adagium lama yang kini perlahan harus mulai dipercayai oleh masyarakat Indonesia.
Bagaimana tidak dua periode drama Pilpres yang berhasil mempertemukan dua kandidat yang sama dengan pasangan yang berbeda, dan turut menghabiskan energi itu berujung dalam satu kabinet kerja.
Polarisasi dua kubu pendukung yang mempunyai sebutan cebong dan kampret harus menemui kenyataan bahwa perseteruan mereka tidak ada gunanya lagi karena para tuan kini telah memutuskan untuk bekerja sama.
Keberhasilan Jokowi merangkul Prabowo dan Sandiaga Uno untuk masuk dalam satu lingkaran pemerintahan semakin mempersempit jumlah dan ruang gerak oposisi di rezim mantan Wali Kota Solo itu. Seperti yang kemudian diungkapkan oleh Andi Ali Armunanto pengamat politik Universitas Hasanuddin.
” Kalau kita lihat sekarang nyaris kita tidak menemukan oposisi lagi. Kalau pun ada kini hanya dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan dan mahasiswa melalui jalur non konvensional, sedangkan aktor-aktor konvesionalnyan justru lemah . Jika pun ada seperti PKS dan Demokrat itu sifatnya non-aktif ” tukas Ali.
Pihaknya juga menekankan bahwa demokrasi Indonesia hari ini adalah demokrasi yang pincang tanpa hadirnya oposisi. Tidak ada lagi chek and balance dalam sebuah rezim pemerintahan
Seluruh kebijakan yang muncul akan mengarah pada sebuah kartelisasi politik yang sifatnya sangat manipulatif tanpa adanya tinjauan ulang karena semua pihak telah satu suara di dalam sistem.
Dan kekhawatiran Ali ini dapat terlihat ketika pemerintah mulai merumuskan RUU Cipta Lapangan Kerja beberapa bulan lalu . Terlepas dari prosesnya yang tidak transparan dan menuai kritik dimana-mana. Rancangan undang-undang ini nyatanya berhasil mendapatkan persetujuan dari tujuh partai yang masuk dalam lingkaran kabinet kerja Presiden dan hanya menuai protes dari dua partai oposisi — PKS dan Demokrat sebelum pada akhirnya disahkan pada bulan Oktober lalu.
Jika sudah seperti ini masih perlukah pesta demokrasi yang mengorbankan banyak anggaran serta nyawa warga negara itu digelar kembali?
1 Komentar