Readtimes.id – UMKM adalah penyelamat perekonomian bangsa. Itu adagium yang tidak bisa dibantah di Indonesia. Kalau melihat data Kementerian Koperasi dan UMKM dan BPS, 99 persen populasi usaha yang beropersi di Indonesia adalah UMKM.
Maka tak heran UMKM ini berkontribusi 97 persen pemyerapan tenaga kerja. Di sisi lain, dari data Bank Indonesia, UMKM berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) hingga 64 persen.
Kini tercatat ada 64 juta UMKM di Indonesia. Sayangnya, pandemi covid 19 memaksa 63 persen diantaranya mengalami penurunan omzet. Maka salah satu jalannya adalah mendorong UMKM untuk Go Digital agar bisa menjangkau pasar lebih luas lewat digital marketing. Digitalisasi memungkinkan UMKM tetap beroperasi tanpa kontak fisik dengan pelanggan.
Digitalisasi juga menyambut pola konsumsi baru masyarakat dalam berbelanja selama pandemi; online shoping. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat setidaknya sejak pandemi terjadi, penjualan di e-commerce naik hingga 26 persen atau mencapai 3,1 juta transaksi per hari.
Menurut pengamat bisnis Universitas Negeri Makassar (UNM), Dr. Agus Syam, platfom e-commerce dan media sosial memang punya pengaruh penting dalam perkembangan UMKM di Indonesia.
“Berbicara tentang besaran pengaruh tentu harus melalui data penelitian. Namun, mencermati fenomena sekarang ini medsos mengambil peran strategis dalam pertumbuhan atau pengembangan UMKM. Dari aspek promosi, pemasaran dan info-info terkait dengan produk UMKM,” katanya, Rabu (20/1/2021).
Maka dari itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menargetkan pada 2021 jumlah UMKM yang sudah go digital mencapai 20 juta. Hingga akhir 2020, jumlahnya sudah 10 juta UMKM. Adapaun yang sudah terhubung ke platform digital yakni 10.25 juta.
Tapi yang jadi masalah utama juga adalah lesunya daya beli masyarakat yang berimbas ke omzet UMKM ini. Di sepanjang tahun 2020, pemerintah telah memberikan alokasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui sejumlah program dan mendorong stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR) super mikro, tambahan subsidi bunga KUR dan realisasi penyaluran KUR sebesar Rp 180,1 triliun. Pemerintah juga menstimulus daya beli lewat subsidi upah karyawan swasta, program pra kerja, bantuan sosial.
Tapi, itu tak juga cukup untuk memulihkan daya beli. Beberapa waktu lalu, BPS merilis tingkat inflasi sepanjang 2020 hanya 1.64 persen, terendah sejak BPS merilis data inflasi. Di negara maju, inflasi serendah itu pertanda baik. Tapi di Indonesia dalam masa pamdemi, itu pertanda kelesuan ekonomi.
2 Komentar