Readtimes.id– Debat Pilpres yang digelar KPU pada Minggu (21/1/2024) malam dinilai belum menjawab persoalan yang dihadapi oleh petani muda.
Untuk diketahui debat yang mempertemukan para Cawapres tersebut mengusung tema tentang pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.
Pakar pertanian Universitas Islam Makassar, Syamsul Rahman mengatakan para paslon belum menyinggung substansi tema debat yang sebenarnya.
“Setelah saya mencermati dan melihat debat kemarin belum menyinggung substansi yang sebenarnya, terkait dengan pembangunan pertanian, seperti menurunnya minat generasi muda terhadap pertanian dan banyak terjadinya alih fungsi lahan,” ujar syamsul Rahman pada Readtimes (23/1/2024).
Menurut Wakil Dekan II pertanian Universitas Islam Makassar ini, indonesia akan terancam jika terjadi krisis dibidang pertanian dan pangan. Penyebabnya yakni adanya krisis jumlah petani, alih fungsi lahan pertanian dan urbanisasi yang tinggi.
Masih menyisakan sejumlah pertanyaan, pembahasan ketiga Cawapres tersebut menyoroti terkait masalah keterbatasan lahan, sumber daya manusia, dan regenerasi petani yang semakin berkurang.
Syamsul mengatakan, ancaman bagi Indonesia apabila terjadi krisis pertanian dan pangan. Penyebabnya yaitu krisis jumlah petani, alih fungsi lahan pertanian dan urbanisasi yang tinggi. Menurutnya, sektor pertanian Indonesia menghadapi tantangan besar ke depannya.
“Banyaknya sarjana-sarjana pertanian yang menganggur di pedesaan karena itu tidak diberi ruang kepada sarjana-sarjana pertanian untuk mengembangkan usaha dibidang pertanian, banyaknya lahan-lahan pertanian yang dikonversi menjadi perumahan dan kawasan industri, dan itu juga belum dibahas kemarin secara umum,” tambah Syamsul.
Dia mengatakan bahwa para paslon seharusnya lebih memperhatikan dan memberikan rangsangan kepada generasi muda melalui kebijakan pemerintahan yang bersifat membuka akses pada tiga hal.
Pertama, pemberian intensif dalam mendukung regenerasi petani dengan memberikan kemudahan akses pada lahan pertanian.
Kedua, memberikan kemudahan dalam mengakses modal. Hal ini diperlukan untuk membiayai keperluan dan pengelolaan usaha tani. Kemudian ini juga berguna untuk meminimalisir resiko gagal panen, sehingga petani tidak lagi khawatir saat mengalami kerugian di dalam usahanya.
Ketiga, pemberian bantuan akses teknologi pertanian bagi para petani muda atau lulusan sarjana pertanian yang berminat untuk bertani.
Untuk diketahui, data dari BPS (badan pusat statistik) sensus pertanian 2023 tahap I menyebutkan Jumlah petani milenial yang berumur 19–39 tahun sebanyak 6.183.009 orang, atau sekitar 21,93 persen dari keseluruhan petani di Indonesia. (RE)
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar