Readtimes.id– Perkembangan media digital memberikan kemudahan akses informasi bagi seluruh masyarakat dunia. Berbagai fenomena alam, sosial, perang yang terjadi di belahan bumi lain, rasanya tak perlu menunggu waktu 24 jam untuk diketahui oleh khususnya para pengguna media sosial di seluruh penjuru dunia.
Eskalasi konflik abadi Palestina-Israel yang terjadi di daratan Timur Tengah misalnya, tak membutuhkan waktu lama untuk menjadi trending topik di berbagai platform media sosial. Di Twitter Indonesia misalnya, tagar / hashtag Free Palestina terpantau telah digunakan 271 ribu pengguna Twitter pada 18 Mei 2021, dan disusul dengan tagar World Stands With Palestine dalam waktu yang bersamaan pula, masih menempati urutan pertama di Twitter Indonesia dengan 195 rb tweet dan terus bertambah setiap menitnya.
Meski demikian dalam menanggapi konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung beberapa pekan di tahun ini, pada dasarnya warganet Indonesia terbelah menjadi tiga kelompok, yakni pro terhadap palestina, pro Israel, dan yang ketiga lebih memilih tidak mau terlalu pusing dengan konflik tersebut, dengan memberikan komentar yang cenderung lebih mengajak untuk memikirkan dan membahas masalah-masalah yang terjadi di dalam negeri.
Pengamat media Universitas Hasanuddin, Muliadi Mau, dalam menyikapi fenomena tersebut pada dasarnya memandang bahwa perbedaan opini yang terjadi di dalam media sosial adalah hal yang wajar karena karakteristik media sosial yang lebih terbuka, cepat, dan mudah untuk dijadikan publik sebagai tempat menyampaikan pendapat serta mengekspresikan diri sesuai dengan ideologi yang mereka bawa.
” Kalau pun misal ada kelompok baru yang justru lebih pro Israel di negara yang mayoritas dihuni muslim, dan dulunya cenderung membela Palestina, saya pikir harus dipandang sebagai sebuah dinamika opini publik seperti itu, ” ujar dosen Ilmu Komunikasi Unhas tersebut
Selanjutnya terkait beberapa platform sosial media yang kemudian membatasi konten- konten yang sifatnya menyerang pihak Israel, pihaknya memandang sejatinya bahwa hal itu perlu untuk ditelusuri dan dibuktikan terlebih dahulu untuk mencegah hoax.
Ketika disinggung mengenai pentingnya kampanye dari media sosial untuk mengawal sebuah isu menurut Muliadi Mau dalam kasus Palestina -Israel tak lain adalah untuk tetap menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama dan menjadi pengingat bahwa sejatinya tragedi kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah itu belum berakhir.
” Setidaknya melalui isu yang terus digaungkan paling tidak bisa memantik rasa solidaritas warga dunia, yang mungkin saja dapat berubah menjadi semacam pemberian bantuan kemanusiaan bagi mereka di sana. Selain itu isu ini juga menjadi alarm bahwa sejatinya konflik dan tragedi kemanusiaan di Timur-Tengah juga belum usia atau menemui titik terang, ” tambahnya
Lebih dari itu pengawalan sebuah isu atau pun pemberian dukungan bagi mereka yang tengah dilanda konflik juga sejatinya perlu diimbangi dengan pengetahuan yang cukup, agar tidak terjebak pada narasi-narasi propaganda yang justru sifatnya memperkeruh suasana.
Tambahkan Komentar