Readtimes.id– Jelang Pemilu Legislatif 2024, sejumlah partai mulai memanaskan mesin demi kemenangan. Pada wilayah Sulsel, persaingan ketat diprediksi bakal kembali hadir antara partai Golkar dan Nasdem. Keduanya diketahui partai yang menjadi 2 besar pemenang di Pemilu Sulsel 2019 lalu, dan saat ini keduanya saling klaim bakal memenangkan Sulsel.
Ketua Golkar Sulsel, Taufan Pawe, mengatakan target Golkar untuk kursi DPRD Sulsel, cukup realistis dengan berdasar raihan saat ini.
”Target kami realistis, adalah sangat minimal bisa mencapai 20 persen dari kursi yang ada. Agar supaya bisa mendapat posisi Ketua dan mengusung di Pilgub,” katanya pada media saat mendaftarkan calon anggota legislatif (Caleg) DPRD Sulsel di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (14/5/2023).
Target serupa dipasang Nasdem, hal ini disampaikan langsung Ketua Nasdem Sulsel Rusdi Masse Mappasessu. Ia menyebut Nasdem harus menang di Pileg mendatang dengan memasang target 20 kursi DPRD Sulsel.
“Kita mau menang. Untuk Provinsi kami target 20 kursi untuk bisa mengusung tunggal di Pilgub,” ucap Legislator Senayan pada media saat memimpin pengajuan berkas calon legislatif NasDem di Kantor KPU Sulsel di Makassar, Kamis (11/5/2023).
Bila melihat perolehan 2019, Golkar menjadi jawara dengan 683.444 suara pada perebutan kursi DPRD Sulsel dengan hasil 13 kursi dan menduduki posisi ketua.
Sementara, Nasdem memperoleh 564.622 suara, yang membuat Nasdem mendapatkan posisi Wakil Ketua I dengan 12 kursi dari 85 kuota DPRD Sulsel.
Lalu melihat nama-nama calon yang diusung kedua partai di 2024 nanti, dipastikan persaingan sengit bakal terjadi bahkan diantara sesama caleg partai Golkar dan Nasdem.
Sebut saja Andi Debbie Purnama Rs.M, Rahman Pina, dan Fahruddin Rangga yang merupakan petahana. Lalu dari Nasdem ada istri Bupati Bantaeng Sri Dewi Yanti, istri Wabup Jeneponto Hj Salmawati, anak Bupati Luwu Arham Basmin, sampai anak Bupati Pinrang, Andi Irma Azizah, yang diklaim bakal merebut banyak suara.
Pemilih Muda Jadi Kunci
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin Ali Armunanto menilai dominasi yang timbul dari Golkar dan Nasdem masih akan terus bertahan di Pileg 2024.
Ia melihat tidak akan ada partai lain yang bisa secara signifikan mengalahkan keduanya. Walaupun kehadiran caleg-caleg baru dan adanya polarisasi dampak dari pilpres, namun itu dinilai tidak bisa berpengaruh secara mendalam.
“Keduanya sebagai partai papan atas, saya rasa memang mereka juga sudah cukup terkonsolidasi dengan baik. Lalu kemudian punya stok caleg-caleg yang elektabilitas dan popularitas yang baik sehingga memiliki jaringan politik yang memadai dan mumpuni, ini bisa digunakan untuk mempertahankan dominasinya sebagai partai papan atas,” katanya.
Dosen Ilmu Politik Unhas ini menjelaskan Golkar dan Nasdem bahkan Gerindra bisa menarik suara cukup besar karena memiliki spektrum politik yang berada di tengah. Ini dilihat dari ideologi, kebijakan-kebijakan, dan isu yang dibawa cenderung masuk ke tengah-tengah atau bersifat pragmatis, sehingga ini yang diterima secara luas oleh masyarakat. Masyarakat Sulsel cenderung tidak tertarik dengan program yang terlalu spesifik atau ekstrem seperti PSI dengan BPJS gratisnya.
“Namun begitu semua partai memang memiliki pasar tersendiri, PKS punya pasar tersendiri, PPP juga punya pasar tersendiri yaitu tradisionalis, begitu juga dengan PAN dan partai lainnya semua punya pasar sendiri. Tapi kalau kita lihat memang yang ceruk pasarnya paling besar itu ada pada pemilih pemilih nasionalis Demokrat dan itu adalah wilayahnya, Golkar, Nasdem dan Gerindra,” jelasnya.
Lebih lanjut Ali mengatakan Nasdem dan Gerindra bahkan sebenarnya memiliki peluang menggeser Golkar dengan cara memanfaatkan pemilih muda yang saat ini mendominasi. Menurutnya, Golkar bisa bertahan sampai saat ini karena memiliki jejak sejarah yang panjang khususnya di Orde Baru, sehingga tertanam di benak masyarakat.
Namun, saat ini banyak pemilih muda yang melirik partai modern yang dicitrakan Nasdem dan Gerindra. Tapi kedua partai itu juga harus bersaing dengan partai lain yang juga mencari suara pemilih muda seperti Demokrat, PSI dan lainnya. Banyak partai serupa tapi tak sama, yaitu membawa gagasan pembaruan-pembaruan ke pemilih muda.
“Ini kembali lagi kemudian bagaimana mereka membangun brand image mereka ya, buat membranding dirinya. lalu kemudian bagaimana strategi strategi marketing politik dilakukan karena itu yang paling berperan dalam proses kampanye politik ini,” katanya.
Editor : Ramdha Mawadha
Reporter : Fikri Rahmat Utama
545 Komentar