Readtimes.id– Centre for Strategic and International Studies (CSIS) membeberkan analisa mereka tentang pemilihan Presiden satu putaran dan rendahnya suara Ganjar-Mahfud di wilayah basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Pemilu 2024.
Untuk diketahui hingga hari ini, Jumat 23 Februari 2024 hasil real count dari KPU, pasangan Prabowo-Gibran masih menempati posisi teratas dengan angka di atas 51 persen dengan jumlah suara masuk mencapai 75 persen. Dengan demikian besar kemungkinan Pilpres akan berlangsung satu putaran saja.
Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, mengatakan kemenangan Prabowo-Gibran setidaknya dapat dipengaruhi oleh sejumlah hal.
“Pertama, meningkatnya selera pemilih pada pemimpin kuat (tegas/berwibawa) sebesar 6,6 persen dari 16,4 persen (2019) ke 23% (2023) seperti terekam dalam survei CSIS pada Maret 2019 dan Desember 2023,” ucap Arya dalam keterangan tertulisnya seperti yang dikutip Readtimes pada, Jumat 23 Februari 2024.
CSIS menjelaskan, citra sebagai pemimpin kuat masih tertanam kuat di benak pemilih pada sosok Prabowo meskipun belakangan dia mengubah citra menjadi gemoy.
Kedua, CSIS menyebut kemenangan Prabowo dapat dijelaskan dari cukup tingginya angka split-ticket voting yang terjadi pada pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan koalisi Ganjar-Mahfud. Kondisi ini membuat Prabowo tidak hanya mendapatkan suara dari basis saja, tapi juga dari partai koalisi lainnya.
Ketiga, yang turut menyumbang angka kemenangan Prabowo-Gibran juga didapat dari persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Jokowi serta situasi ekonomi yang dinilai baik dengan adanya bansos.
Catatan CSIS dalam survei pada Desember 2023, sebanyak 86,1 persen responden percaya kepada presiden dan sebesar 74 persen responden dalam survei CSIS pada Desember 2023 mengaku puas dengan kinerja pemerintahan.
Kendati demikian, kata Arya Fernandes, kemenangan Prabowo-Gibran sebetulnya sudah diprediksi sejak awal jika melihat dari tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus melejit jelang Pemilu 2024.
Bagaimana dengan Ganjar-Mahfud?
Kelebihan yang ada di pasangan Prabowo-Gibran, menjadi kelemahan pada Ganjar-Mahfud sehingga membuat suara mereka rendah.
Pertama, soal citra karakter pemimpin yang disukai oleh masyarakat. CSIS menemukan turunnya ketertarikan pemilih terhadap pemimpin yang merakyat/sederhana sekitar 13 persen. Kondisi tersebut menjadi satu kemungkinan yang membuat suara Ganjar-Mahfud rendah karena Ganjar
mempersepsikan diri sebagai capres “wong cilik” yang kini kurang diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan sosok yang tegas.
Kedua adalah suara basis PDIP tidak semua mendukung Ganjar-Mahfud, melainkan ada yang ke paslon Capres-Cawapres lain. Sebagai contoh, survei CSIS pada 13-18 Desember 2023 menemukan, hanya 64,8 persen dari total pemilih PDI Perjuangan yang mengaku memilih Ganjar-Mahfud. Sementara 25,4 persen memilih Prabowo-Gibran dan 5,6 persen memilih Anies-Muhaimin.
“Berbeda dengan kondisi 2019, di mana 88,8 persen pemilih PDI Perjuangan memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Pada pemilu 2024, total split-ticket voting dari pemilih PDI Perjuangan mencapai 31 persen, dan hanya 7,5 persen pada pemilu 2019,” jelas Arya.
Kondisi ini berbeda dengan partai Gerindra yang dipimpin Prabowo dimana lebih solid dan loyal mendukung Prabowo . Survei CSIS menemukan, sebesar 91,6 persen dari pemilih Gerindra memilih Prabowo.
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar