RT - readtimes.id

Beda Gaya Tiga Wapres

Readtimes.id– Lima Juli 2004 merupakan tanggal bersejarah bagi kepemiluan Indonesia, untuk pertama kalinya negara ini menggelar pemilihan langsung untuk calon Presiden dan Wakil Presiden. 

Hingga  hari ini, Indonesia telah memiliki dua Presiden  dengan  3 wakil hasil pemilihan langsung yang selama era kepemimpinannya  memiliki  gaya  komunikasi berbeda-beda. 

Pertama adalah Muhammad Jusuf Kalla, sosok pengusaha yang terjun ke dunia politik dan berhasil menduduki jabatan sebagai wakil presiden di dua era berbeda. 

Pada tahun 2004-2009, JK sapaan akrab Jusuf Kalla, berhasil mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) memenangkan pemilu langsung, dan kembali pada tahun 2014-2019 ia mendampingi Jokowi di periode pertamanya. 

Selama masa menjalankan peran sebagai wakil Presiden, JK nampak aktif dan sering muncul di berbagai media. Kemampuan diplomasi membuatnya terlibat dalam aksi resolusi damai di  beberapa konflik Tanah Air. Karena itu pula, membuat  sosoknya tidak pernah luput dari sorotan media. 

Media idol adalah sifat yang kemudian dilekatkan pada JK oleh Ari Junaedi, pakar komunikasi politik  Universitas Indonesia sekaligus jurnalis senior dalam wawancaranya bersama sebuah media ketika dimintai keterangannya soal sosok JK. 

Menurutnya, hal ini tidak lain karena  kemampuan JK yang gesit dalam menguasai isu-isu nasional. Dan hal itu ditunjukkannya selama mendampingi SBY maupun Jokowi. 

Selanjutnya adalah Boediono, seorang ekonom yang kemudian masuk dalam arena politik Tanah Air mendampingi SBY pada periode keduanya (2009-2014). Sosoknya tidak asing lagi dalam menduduki beberapa jabatan strategis di Tanah Air di berbagai era presiden. 

Seperti diketahui, Boediono pernah menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional era BJ Habibie, Menteri Keuangan Indonesia era Megawati dan Menteri  Bidang Perekonomian era SBY hingga  akhirnya ia digandeng untuk menjadi Wapres. 

Sebagai ekonom, Boediono  nampak  berkapasitas untuk membenahi keuangan Tanah Air dengan berbagai jabatan yang pernah dipegangnya. Ia menjadi sosok yang membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut saat kondisi perekonomian Indonesia tengah terseok-seok di era Megawati. 

Tidak sampai disitu saja,  saat terpilih menggantikan Aburizal Bakrie juga berhasil membuat perubahan positif, dimana menguatnya IHSG serta mata uang rupiah. Bahkan kurs rupiah saat itu menguat hingga  Rp 10 ribu per dolar AS,  saat era SBY. 

Kendati banyak prestasi dan kemampuan yang mumpuni dalam bidang perekonomian saat menjabat sebagai Wapres tak membuat Boediono lantas menjadi  sosok media idol seperti JK. 

Gaya komunikasi yang nampak pasif  dalam menunjukkan kinerjanya sehingga  tidak mendapatkan banyak ruang di media ini bahkan menjadi  salah satu penyebab rapor merah setahun pemerintahan SBY. Seperti data hasil riset yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang mendapatkan beberapa tanggapan dari anggota legislatif kala itu. 

Hal yang tidak jauh berbeda juga nampak terjadi saat  Ma’ruf Amin, sosok kiai NU  mendamping Jokowi di periode keduanya (2019-2024). 

Sebutan “The king of silence” yang ramai dialamatkan pada Ma’ruf Amin belum lama ini merupakan puncaknya. Publik mempertanyakan kinerjanya dalam Kabinet Kerja yang sangat jarang sekali terdengar di media. 

Padahal, menurut beberapa sumber pemberitaan yang dikumpulkan oleh readtimes.id,  ulama sekaligus dosen ini tengah mengemban tugas khusus dari presiden dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. 

Pakar politik Universitas Hasanuddin, Sukri Tamma,  memandang keberbedaan ketiga wapres ini pada dasarnya dipengaruhi oleh gaya dan pembagian kerja yang dilakukan Presiden. 

Menurutnya, ada pos-pos tugas yang pada dasarnya membutuhkan kemampuan komunikasi yang lebih aktif kepada masyarakat dan tampil di hadapan media.

Namun, tidak jarang juga ada beberapa pos tugas yang hanya mengharuskan wapres untuk berada di belakang meja

“Jadi tergantung pembagian tugasnya dengan Presiden, sehingga tidak bisa dihukumi sosok yang tidak sering tampil di media itu lantas kemudian tidak bekerja sama sekali, karena jika berbicara kapasitas,  ketiga Wapres ini jelas mempunyai  kapasitas ” ujarnya 

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: