RT - readtimes.id

Bersenang-senang Kembali dengan Filsafat di Dunia Sophie

Judul                                     : Dunia Sophie Novel Grafis Filsafat

Penulis  dan ilustrator     : Nicoby dan Vincent Zabus

Penerjemah                        : Reinitha Amalia Lasmana

Penerbit                               : Mizan

Tahun                                    : 1 Februari 2023

Tebal                                      : 260 halaman

Sejak diterbitkan pertama kali pada era 1990-an, “Dunia Sophie” karangan Jostein Gaarder asal Norwegia nampaknya masih terus dibincangkan orang. Novel filsafat ini secara otoritatif disebut-sebut sebagai naskah yang membawa filsafat ke khalayak awam sebagai subjek yang menyenangkan. Hingga saat ini, melewati satu dasawarsa, versi bahasa Indonesianya yang secara ekslusif penerjemahan dan penerbitannya ada pada mizan ini, terus dicetak berulang kali setiap tahunnya.

Nah, tahun 2023 ini hadir ke hadapan kita satu novel grafis yang didasarkan dari novel sohor “Dunia Sophie” itu. Judul novel grafis tersebut adalah, “Dunia Sophie, dari Socrates hingga Galileo”. Generasi pembaca baru yang sebagiannya barangkali agak takut dengan novel-novel tebal—“Dunia Sophie” versi novelnya nyaris 800 halaman—namun sekaligus penasaran dengan ceritanya, versi grafis ini sangat direkomendasikan untuk dibaca.

Segar dan tidak mengikuti alur utama novel sumbernya secara kaku. Begitulah nuansa yang akan didapatkan buat pembaca yang telah menjelajahi versi pertama novel. Segar, karena Nicoby dan Vincent Zabus, pengarang novel grafis ini, mencoba menyesuaikan konteks dunia saat ini dengan isi cerita. Misalnya, digambarkan Sophie, perempuan 14 tahun si tokoh utama kita ini, adalah gadis yang kritis dan jadi ikut demonstrasi dengan isu lingkungan. Fenomena Covid-19 juga masuk sebagai perumpamaan ketika membicarakan filsafat.

Alurnya juga tidak kalah menariknya: nuansa cerita detektif lebih tajam dan mengundang rasa penasaran. Dengan ditunjang ilustrasi yang berwarna dan apik, imajinasi kita akan terbangun dan membawa kita menjelajahi Athena, Yunani, Romawi dan sebagian dunia Arab, bertemu filsuf-filsuf yang pemikirannya berpengaruh signifikan terhadap perkembangan peradaban dunia hingga saat ini.

 Sementara buat pembaca generasi baru-baru yang penasaran dengan novel ini, namun belum ‘berani’ membaca buku tebalnya, ini bisa menjadi ‘panduan’ atau ‘perkenalan’ sebelum memasuki detail novel aslinya. Balon percakapan dibuat ringkas tapi padat dan efektif, yang mengambil sari penjelasan panjang tentang filsafat di dalam novel utuhnya.

Sebelum lebih jauh menelusuri keunggulan novel grafis ini, mari kita segarkan kembali cerita “Dunia Sophie” ini. Novel yang sudah pula difilmkan ini berkisah tentang remaja perempan berusia 14 tahun: Sophie Amundsen. Dia tinggal dengan ibunya. Suatu hari, sepulang sekolah, Sophie menerima surat misterius yang hanya berupa satu pertanyaan ringkas, “Siapakah kamu?”

Pertanyaan ringkas itulah yang membawa Sophie kepada perenungan demi perenungan. Hari berikutnya dan berikutnya, Sophie terus menerima surat yang kadang panjang kadang pendek. Perlahan-lahan Sophie mulai menyenangi dunia filsafat. Penjelasan tentang dunia filsafat di dalam novel ini dibuat sangat menarik dan ‘membumi’—jika tak begitu, tak mungkin novel ini masih terus dicetak ulang sampai hari ini.

Nah, di dalam novel versi grafis ini, sosok si pengirim surat dengan rasa penasaran si Sophie mendapatkan ruang yang lebih banyak, sehingga kita merasakan satu nuansa cerita detektif yang biki greget. Ketika kita ‘bosan’ dan ingin jeda dari penjelasan tentang teori filsafat beserta tokohnya, kita kemudian ditarik pada cerita detektif ini: siapa sesungguhnya si penulis surat filsafat ini? Bagaimana dia secara sembunyi-sembunyi bisa meletakkan surat itu untuk Sophie tanpa ketahuan?

Jika kalian rindu dengan sosok Sophie namun belum ada waktu untuk membaca ulang versi tebalnya, mari bernostalgia dengan novel versi grafisnya ini. Bagi yang belum membacanya, bisa dimulai dengan versi berilustrasi yang menarik ini. Kedua versi punya daya tarik sendiri-sendiri. Tapi yang jelas, kedua-duanya masih tetap berhasil membuat filsafat menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk diselami dan dipelajari oleh kalangan umum.

Sebagai spoiler, novel grafis ini baru berupa buku 1. Jadi aka nada buku kelanjutannya. Di bagian akhir, Sophie berteriak, “Masih banyak kejutan untukmu di buku II!!!” Hmmm….

Dedy Ahmad Hermansyah

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: