Readtimes.id- Denmark Terbuka telah usai dengan Indonesia hanya berhasil memperoleh gelar dari satu nomor saja, ganda putra. Total, ada 14 orang/pasang pebulutangkis Indonesia yang berpartisipasi di kejuaraan bertajuk super series 750 ini.
Tercatat hanya ada 3 nomor yang mampu bertahan hingga babak perempat final dengan 2 wakil dari ganda putra, 1 wakil dari ganda putri, dan 1 wakil di nomor tunggal putra.
Walau masih ada beberapa hal yang bisa dikembangkan dari beberapa atlet kebanggaan Indonesia, setidaknya Denmark Terbuka dapat menjadi ajang pemanasan bagi mereka yang bakal mengarungi tur Eropa untuk turnamen yang diadakan oleh asosiasi bulutangkis dunia, BWF. Sebagai rangkaian pembuka tur penutup tahun 2022 ini, berikut beberapa catatan penting yang dapat diambil:
Fajar-Rian siap kejar super 1000
Tahun 2022 ini menjadi milik duet Muhammad Rian Ardianto dan Fajar Alfian untuk nomor ganda putra Indonesia. Setelah bertahun-tahun lamanya berada di bawah bayang-bayang dua pasang seniornya, Mohammad Ahsan-Hendra Setiawan dan Marcus Fernaldi Gideon-Kevin Sanjaya, duo yang sering dipanggil FajRi ini telah mengemas 4 kemenangan dari 7 laga final yang mereka raih.
Kehadiran keduanya menjadi titik terang dari merosotnya performa ganda putra setelah konflik Kevin Sanjaya dengan pelatih Herry IP dan semakin menuanya duet The Daddies.
Namun, meski menjadi ganda putra dengan performa paling cemerlang di tahun 2022, pasangan Fajar dan Rian masih belum mampu mengoleksi satupun gelar dari turnamen dengan tajuk super 1000 sepanjang kariernya. Bahkan, mereka didahului oleh juniornya, Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri yang bisa menyabet gelar di turnamen super 1000 di All England tahun ini.
Kendati demikian, performa FajRi yang sudah mulai konsisten serta keberhasilan untuk pecah telur di turnamen super 750 di Denmark Open ini, duet ini sudah siap untuk bertarung di turnamen dengan label super 1000.
Sayangnya di sisa turnamen di tahun ini, keduanya harus bersabar dulu untuk bisa meraihnya. Pasalnya, jika mengacu pada kalender turnamen asosiasi bulutangkis dunia, sudah tidak ada lagi kejuaraan dengan label super 1000.
Namun, melalui partisipasinya di Prancis Terbuka yang memiliki label sebagai kelas super 750, Fajar Rian bisa mempertegas posisi mereka sebagai ganda putra terbaik Indonesia pada beberapa tahun ke depan.
Upaya mengembalikan performa terbaik
Harapan yang menggunung untuk duet duo Fajar Alfian dan Muhammad Rian tidak terlepas dari semakin menurunnya performa Muhammad Ahsan dan Hendra Setiawan yang sudah termakan usia. Pun juga sejumlah masalah yang menimpa pasangan ganda putra terbaik Indonesia jika dilihat dari ranking dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Gideon.
Tahun 2022 menjadi masa yang sulit dan tahun terminim prestasi mereka. Setelah cedera yang dialami Marcus memaksa Kevin harus mencari duet baru di Piala Thomas, drama konflik antara pelatih Herry IP dan Kevin sempat membuat situasi pemegang rekor ranking 1 terlama tersebut menjadi pertanyaan besar. Terlihat jelas seberapa frustasinya seorang Kevin Sanjaya dengan situasinya saat itu. Namun pada akhirnya, ada jalan terang yang ia temukan dan bisa berdamai dengan semuanya.
Berangkat untuk tur Eropa dengan semangat baru, pasangan yang dijuluki sebagai The Minions ini memperlihatkan upaya yang luar biasa untuk kembali menemukan performa terbaik. Datang ke Denmark sebagai unggulan kedua, keduanya berturut-turut mengalahkan pasangan dari Jepang dan Skotlandia dengan dua set langsung. Kesulitan baru mereka rasakan saat bersua rekan senegara, Leo Rolly dan Daniel Marthin yang memaksa mereka bermain tiga set dengan dua kali deuce. Di semifinal, mereka berhadapan dengan duet Malaysia Aaron Chia dan Soh Wooi Yik dan menyelesaikan laga dalam 3 set.
Meski perjuangan mereka terkesan antiklimaks, pencapaian ke laga puncak turnamen menjadi yang pertama bagi keduanya tahun ini. Maka tentunya dengan meredanya suasana dan ritme yang mulai terlihat, bisa saja keduanya kembali berjaya seperti beberapa tahun sebelumnya.
Jorji yang masih kesulitan
Menyandang status sebagai pemain terbaik Indonesia di suatu nomor cabang olahraga memang tidaklah mudah. Diperlukan mental yang sekuat baja untuk menerima kritikan dan tekad yang tangguh menghadapi performa yang turun naik. Hal yang sama juga dialami oleh tunggal putri nomor 1 Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung.
Kemampuan yang dimiliki oleh pemain yang akrab dipanggil Jorji ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi untuk nomor tunggal putri Indonesia. Sayangnya, label sebagai pemain terbaik Indonesia di nomornya malah menjadi beban baginya, apalagi ketika ia terlalu sering melakukan kesalahan sendiri yang berujung kepada penurunan performa.
Bekal kemampuan teknis sejatinya sudah dimiliki oleh Jorji. Itu terbukti melalui dua kemenangannya atas pemain tunggal putri ranking satu dunia, Akane Yamaguchi tahun ini. Sayangnya, konsistensi masih tidak bisa dihadirkan oleh ranking nomor 21 dunia ini. Statusnya sebagai pemain terbaik Indonesia malah membuatnya harus sering turun di turnamen besar ketika ia sendiri belum bisa merasakan juara di turnamen resmi asosiasi bulutangkis dunia.
Meski peluang Jorji di Prancis Terbuka terkesan masih sulit, mengingat label super 750 pada turnamen tersebut, setidaknya Jorji bisa saja lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi turnamen super 300 di Jerman Terbuka pada November mendatang. Meski nomor satu di tunggal putri, tidak ada salahnya bagi seorang Jorji untuk mencoba turnamen dengan label super 300 atau 100 sekalipun ketimbang terus memaksakan diri di turnamen berlevel tinggi. Hal ini ditujukan untuk membuat dirinya bisa percaya diri mengingat permasalahan konsistensi yang seringkali menjadi rintangan bagi dirinya sendiri.
Meski Denmark Terbuka telah usai, tur Eropa bagi para atlet Indonesia masih belum selesai. Pekan ini mereka bakal bertarung di Prancis Terbuka dan bakal dilanjutkan di Jerman Terbuka. Menarik menantikan bagaimana perkembangan duet FajRi serta The Minions yang sudah mulai kembali mekar. Tidak lupa beberapa atlet lain yang dapat menjadikan turnamen di Prancis sebagai batu loncatan demi mengejar gelar di Jerman Terbuka yang berada di penghujung tur Eropa ini.
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar