RT - readtimes.id

Cuaca Ekstrim, Antara Fenomena Alam dan Ulah Manusia

Redtimes.id– Cuaca ekstrem masih melanda Indonesia hingga Februari. Akibatnya beberapa wilayah di Indonesia terendam banjir seperti Solo, Gresik, Jombang dan Makassar

Fenomena hujan lebat di beberapa wilayah ini tidak terlepas dari puncak musim hujan yang biasanya terjadi di Desember hingga Februari.

“Secara umum kondisi musim di Indonesia itu Bulan Desember, Januari, atau Februari itu adalah musim hujan atau adanya hujan yang tinggi-tingginya,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Selatan Rakhmat Prasetia kepada Readtimes.id.

Meningkatnya intensitas curah hujan pada bulan-bulan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, utamanya dinamika atmosfer seperti yang juga dijelaskan oleh prakirawan di BBMKG IV Wilayah Sulawesi Selatan Sitti Nurhayati Hamzah.

“Proses terjadinya curah hujan atau cuaca ekstrem itu banyak faktor yang mempengaruhi, dan yang paling berpengaruh adalah dinamika atmosfer itu sendiri,” terang Sitti saat dihubungi Readtimes.id.

Kendati demikian peningkatan curah hujan tidak serta merta menjadi penyebab bencana alam seperti banjir. Kebiasaan hidup manusia juga turut andil dalam terjadinya bencana.

Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan polusi udara, deforestasi, penumpukan sampah, efek rumah kaca juga dinilai berpengaruh pada dinamika atmosfer yang menyebabkan adanya perubahan iklim dan cuaca dalam skala global dan regional.

“Kalau secara langsung dan terukur mungkin belum ada data yang bisa menyampaikan hal itu. Tapi dengan banyaknya perubahan adanya polusi yang menyebabkan perubahan lingkungan itu bisa berdampak pada klimatologi itu bisa saja,” tambah Rakhmat Prasetia.

Hal ini menurut Rakhmat dapat dilihat dari curah hujan di wilayah Sulawesi Selatan yang terus mengalami peningkatan. Sebagai contoh, menurut data BMKG, terdapat peningkatan rata-rata curah hujan yang mencapai 90 mm di bulan November 2020 dibandingkan dengan November 2010.

“Yang kami pantau beberapa tahun ini, untuk wilayah Sulsel sendiri, cuaca ekstrem nya memang lebih banyak dibanding sebelumnya,” tambah Sitti Nurhayati. .

Selain banjir cuaca ekstrim juga dapat menyebabkan bencana kekeringan. Untuk diketahui guna meminimalisir dampak dari cuaca ekstrim ini BMKG direncanakan akan menerapkan modifikasi teknologi cuaca pada akhir Februari 2023.

Jabal Rachmat Hidayatullah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: