RT - readtimes.id

Di Balik Lonjakan Harga Pangan Jelang Ramadan

Readtimes.id– Kenaikan harga komoditas pangan jelang Ramadan bagi sebagian orang dianggap lazim terjadi. Namun, diprediksi tahun ini harga pangan melambung tinggi jelang Ramadan bahkan hingga perayaan Idul Fitri nanti.

Harga pangan di pasaran bahkan sudah melonjak jauh sebelum Ramadan. Minyak goreng misalnya, yang polemiknya belum juga berkesudahan. Kedelai yang juga langka dan mahal serta komoditi pangan lainnya yang juga beramai-ramai naik harga.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan kenaikan harga pangan di pasar mengalami peningkatan cukup signifikan sepekan menjelang Ramadan.

“Sepekan ini harga-harga sudah pada naik, apalagi momennya juga masuk pada fase pegawai swasta telah gajian dan itu berpengaruh pada ritme konsumen di pasar,” jelasnya.

Selain minyak goreng dan kedelai, Abdullah juga merinci beberapa komoditi yang mengalami kenaikan cukup tinggi. Cabai misalnya masih di atas Rp60 ribu per kilogram. Kemudian daging ayam naik dari Rp33 ribu menjadi Rp39 ribu per kilogram. Lalu, daging sapi juga dari Rp130 ribu menjadi Rp140 ribuan per kilogram.

Tak hanya itu, telur, gula pasir, bawang putih dan bawang merah pun mengalami kenaikan harga mulai Rp2 ribu hingga Rp4 ribu.

“Faktornya macam-macam, untuk cabai karena faktor cuaca, kedelai kemarin memang langka karena kita impor, bawang putih juga impor 95 persen dari luar,” jelasnya.

Abdullah juga menuturkan, datangnya bulan Ramadan tidak selalu menjadi faktor kenaikan harga pangan. Tetapi faktor psikologis masyarakat menyebabkan permintaan masyarakat akan bahan pangan yang cukup tinggi serta berbagai polemik yang dihadapi petani di lapangan memicu kenaikan harga.

“Harga tidak selalu naik jelang Ramadan, ini hanya faktor psikologis saja dan begitu banyak polemik di lapangan juga akhirnya harga naik, dan tahun ini kenaikan harga lebih parah dari tahun lalu,” jelasnya.

Abdullah mengatakan kenaikan harga tahun ini yang lebih parah dari tahun sebelumnya dipicu oleh tidak adanya desain pangan yang baik, regulasi yang kurang disinkronkan dengan kondisi lapangan serta persoalan distribusi yang banyak mengalami kendala

I Luh Devi Sania

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: