Readtimes.id – Ruang yang terbuka, Kesalahan yang dijaga, hingga ruang ganti yang belum stabil. Barangkali, itulah sedikit dari segudang masalah Manchester United pada musim ini. Setelah melepas Ole Gunnar Solskjaer, “setan merah” mendatangkan Erik ten Hag untuk menjadi pelatih, tetapi hasilnya tetap sama saja.
Bermain di pekan kedua setelah tumbang dari Brighton di laga pembuka, MU dibuat jadi pesakitan dalam drama 35 menit Brentford. Empat gok berhasil diceploskan anak asuh Thomas Frank dalam tempo waktu tersebut.
Sejumlah kesalahan individu yang dilakukan punggawa Manchester merah semakin membuat mereka tenggelam dalam performa yang buruk dalam laga tersebut. Puncaknya, mereka terdampar di dasar klasemen sementara Premier League dengan 0 poin dan kemasukan 6 gol.
Sebelum laga yang dihelat di G Tech Community Stadium ini, para pendukung Manchester United sendiri telah melakukan kampanye untuk mengosongkan Old Trafford, kandang mereka saat menjamu Liverpool pekan depan. Hal ini tidak terlepas dari ketidakpuasan para pendukung tim yang berada di kawasan North West Inggris tersebut kepada sang pemilik, keluarga Glazers.
Meski terlihat loyal dalam mengeluarkan uang untuk melakukan sejumlah transfer, nyatanya pembelian yang dilakukan tim 20 kali juara tersebut tidak benar-benar menyelesaikan masalah yang ada. Belum lagi masalah demi masalah yang timbul di ruang ganti pemain dan sejumlah fasilitas yang tidak diperhatikan pemilik asal Amerika Serikat tersebut.
Pada akhirnya, permasalahan Manchester United tidak bisa diselesaikan hanya dengan merekrut sejumlah pemain saja. Perlu ada pembenahan secara mental pemain. Seperti yang dikatakan oleh Gary Neville bahwa para pemilik tidak bisa mengelola klub setelah kepergian Sir Alex Ferguson.
Salah satu permasalahan paling pelik MU di atas lapangan adalah bagaimana mereka tidak memiliki gelandang bertahan yang mampu memberikan rasa aman kepada para bek. Alih-alih mencari pemain yang cocok, Manchester United terus terusan memberikan posisi tersebut kepada kombinasi Fred dan McTominay yang jelas-jelas tidak cakap di posisi tersebut.
Keduanya seringkali meninggalkan posisinya di saat yang kurang tepat, menyisakan ruang kosong di depan para bek. Layaknya domino yang saling menjatuhkan, kesalahan duet Fred dan McTominay tersebut kemudian membuat para bek terekspos dan dengan mudahnya dilewati atau bahwa melakukan kesalahan seperti yang sering dilakukan oleh Harry Maguire.
Meski situasi Manchester United benar-benar rumit saat ini, sulit untuk membayangkan jika mereka akan terus bertahan di posisi klasemen seperti sekarang ini. Jika Erik ten Hag telah menemukan racikan yang tepat, maka Manchester United akan kembali ke jalurnya seperti musim sebelumnya, zona eropa, walau bukan untuk berebut gelar juara juga.
Terlepas dari para pemain yang masih kurang memiliki semangat bertarung, melepas Paul Pogba adalah pilihan tepat bagi Manchester United. Akan sangat berbahaya jika sebuah tim yang tengah terpuruk, memiliki pemain dengan perilaku seperti Pogba. Alih-alih bangkit, bisa saja mereka malah bertengkar satu sama lain.
Meski menyesakkan dada melihat Setan Merah terpuruk dalam dua pertandingan dari tim antah berantah, tetap percaya pada Erik ten Hag tetaplah pilihan terbaik. Berkaca pada dua tim asal London, Arsenal dan Tottenham, Manchester United sudah seharusnya mulai menetapkan arah pembangunan tim dengan menyesuaikan visi jangka panjang sang pelatih.
Pada akhirnya, biarkan waktu yang mengajari Erik ten Hag dan sudah waktunya untuk terus menekan keluarga Glazers untuk bisa mengerti bahwa “Football” di Inggris juga perlu diperhatikan, bukan hanya football di Amerika.
Editor: Ramdha Mawaddha
298 Komentar