Readtimes.id– Sejak digelar pada tahun 1950-an di Indonesia, sidang isbat untuk menentukan awal ramadhan adalah momentum yang paling ditunggu oleh umat muslim di Tanah Air. Pasalnya melalui hasil sidang yang senantiasa digelar pada hari ke- 29 di bulan sya’ban tersebut, masyarakat baru bisa memutuskan untuk memulai menjalankan ibadah puasa ramadhan atau tidaknya.
Pada tahun ini dalam menentukan 1 Ramadhan 1442 Hijriah, sidang isbat di digelar pada senin,(12/4) di gedung Kementerian Agama Thamrin, Jakarta. Dalam prosesnya sidang tahun ini masih berlangsung daring dan luring mengingat Indonesia belum terbebas dari pandemi Covid 19.
Adapun dalam pelaksanaannya sidang isbat terbagi menjadi tiga tahap. Pertama adalah pemaparan posisi hilal ramadhan oleh Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag. Kedua, adalah sidang isbat yang dihadiri oleh Komisi VIII DPR-RI, Mahkamah Agung, Majelis Ulama Indonesia ( MUI), Ormas Islam, BMKG, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Planetarium, perwakilan dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dan sejumlah duta besar perwakilan negara sahabat. Adapun tahapan yang ketiga adalah pengumuman hasil sidang isbat melalui konferensi pers.
” Tanpa ada perbedaan, kami bersepakat menetapkan 1 Ramadhan 1442 H jatuh pada tanggal 13 April 2021,” kata Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas dalam konferensi pers online
Seperti keterangan Menag pada dasarnya semua satu suara bahwa awal ramadhan jatuh pada 13 April 2021, hal ini serupa dengan hasil kajian dua ormas Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang pada dasarnya memiliki perbedaan metode dalam menentukan 1 ramadhan yang lebih dulu telah mengeluarkan hasil pengamatannya yang juga memutuskan bahwa 13 April 2021 adalah awal ramadhan
Adapun perbedaan metode yang dimaksud adalah, Nahdlatul Ulama oleh tim Rukyatul Hilal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yakni Lembaga Falakiyah PBNU menggunakan metode rukyatul hilal bil fi’li, yakni upaya melihat hilal dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik. Sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab ( perhitungan astronomi) yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Sementara pemerintah melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) Kemenag yang dibentuk sejak tahun 1972 menggunakan dua metode sekaligus yakni rukyatul hilal dan dikuatkan dengan penghitungan hisab dalam menentukan awal bulan suci ramadhan yang diputuskan melalui sidang isbat sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 2 Tahun 2004, dalam penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Pada akhirnya bulan yang kaya akan pengampunan dan keberkahan itu telah datang di depan mata. Tiba saatnya untuk kembali menyucikan diri juga hati demi menuju hari esok nan fitri.
Marhaban Yaa Syahru Ramadhan
1 Komentar