Presiden Jokowi mendapuk Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Agus Suparmanto. Lutfi sendiri bukan orang baru di jajaran kabinet presiden. Di masa presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Lutfi pernah menjabat Menteri Perdagangan, kepala BKPM, Dubes untuk Jepang. Sebelum dipanggil Jokowi, jabatan terakhir Lutfi adalah dubes untuk Amerika Serikat.
Lutfi tentu mengemban tugas yang tidak mudah. Tahun depan, 2021, adalah masa pemulihan ekonomi setelah dihajar habis-habisan oleh pandemik covid-19 tahun ini. Tak heran, 3 menteri tanpa kasus yang diganti Jokowi adalah sektor kementrian yang terdampak langsung oleh pandemik; Kesehatan, perdagangan, dan pariwisata.
Pengamat ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Andi Faisal Anwar, menilai tugas utama Muhammad Lutfi sebagai Mendag yang baru adalah memastikan sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) tetap bertahan hingga perekonomian berangsur pulih.
“Pelaku UKM yang benar-benar terpukul di tengah pandemi, banyak yang gulung tikar yang berujung pada meningkatnya angka pengangguran. Mendag yang baru punya tantangan besar yakni memastikan para pelaku UKM ini kembali melapak,” jelas Andi Faisal, ssat dihubungi Read Times, Sabtu (26/12).
Neraca perdagangan yang sempat defisit pada kuartal II dan III tak lagi menjadi perhatian Andi Faisal. Menurutnya, ekonomi Indonesia secara makro sudah perlahan membaik. Hal itu didukung oleh data angka ekspor yang meguat 3,1% memasuki kuartal IV 2020.
“Artinya, hal ini menunjukkan bahwa di level makro, perdagangan besar nampak mulai bangkit, di mana pemain utama dari aktivitas perdagangan ini adalah perusahaan atau korporasi besar. Mereka sudah survive ala mekanisme pasar,” tambah alumni Universitas Hasanuddin ini.
Namun, pelaku UKM akan sulit pulih dengan sendirinya. Mereka, yang terdampak cukup dalam selama pandemik, membutuhkan stimulus pemerintah untuk kembali bangkit. Stimulus yang paling mendesak adalah bantuan modal, keringanan pembayaran kredit, bunga murah, hingga kemudahan perizinan. Selain itu, pemerintah perlu mengakselerasi digitalisasi produk UKM secepatnya.
“Pandemi, ternyata juga menciptakan peluang, konsumen justru cenderung tidak menurunkan konsumsinya di tengah pandemi, khususnya barang-barang yang ada di marketplace. Artinya, momentum ini memberi pesan kepada regulator agar agenda digitalisasi produk UKM perlu diakselerasi secepatnya,” tutupnya.
Terakhir, Andi Faisal mengakui sebenarnya masih sulit memprediksi masa depan UKM dengan presisi. Semua masih bergantung pada penanganan Covid 19. Vaksin sebagai satu-satunya solusi paling kuat saat ini pun masih dalam tahap uji klinis.
Kita tunggu inovasi menteri baru.
Tambahkan Komentar