Readtimes.id– Tallo mempunyai nama besar di masanya. Terkenal sebagai sebuah kerajaan maritim di Pulau Sulawesi pada penghujung abad 15, kerajaan tersebut kini mempunyai peninggalan warisan budaya yang belum semuanya terungkap ke publik, khususnya di Kota Makassar— sebuah kota yang hanya menjadi bagian kecil dari Kerajaan Tallo.
Program Jappa-Jappa Ri Tallo mencoba membawa masyarakat mengenal lebih dekat Tallo di Masa lalu melalui tur ke 9 situs sejarah di Kecamatan Tallo yang terletak di Kota Makassar.
Diikuti 15 peserta yang datang dari berbagai latar belakang, Jappa-Jappa Ri Tallo ini merupakan rangkaian kegiatan dari “Pertunjukan Seni Budaya Muara Sungai dan Tallo Bersejarah” yang digelar pada 21- 22 Juli 2024.
Aziziah Diah Aprilya, seorang peserta yang tertarik dengan bidang fotografi dan menulis mengatakan senang dapat terlibat dalam kegiatan ini.
Ketertarikan sosok yang akrab disapa Zizi ini dimulai karena dia ingin mengenal Tallo lebih dekat lantaran menurutnya daerah tersebut sering dilekatkan dengan isu negatif.
“Saya merasa wilayah Makassar bagian utara itu sering dilekatkan dengan stigma negatif seperti begal, kasar dan lain-lain dan di satu sisi mereka juga menghadapi isu reklamasi, dengan tur sejarah Tallo, saya berharap bisa tahu narasi sejarah tentang wilayah itu, “ ujar Aziziah pada Readtimes.
Sosok yang juga aktif dalam kegiatan kesenian di Makassar ini juga bercerita bahwa usai mengikuti kegiatan ini dia menjadi paham bahwa seharusnya Tallo tidak dikenal hanya sebatas wilayah administratif saja, tapi juga latar belakang sejarah yang perlu dijaga.
“Tentang wilayah Tallo bukan hanya sekadar wilayah administratif, tapi juga punya latar belakang sejarah yang penting,” tambahnya.
Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Muh. Raihan Ruliansyah Ramadhan, seorang mahasiswa yang turut menjadi peserta tur sejarah Tallo. Dia mengaku senang dengan kegiatan ini.
Mahasiswa Universitas Hasanuddin ini juga mengungkapkan banyak hal yang ia dapatkan dari kegiatan tur sejarah ini, diantaranya jejak – jejak tokoh penting dari kerajaan Tallo di Masa lampau.
“Seperti Timungan Lompoa Ri Tallo, saat itu dijelaskan langsung oleh tokoh masyarakat disana terkait sejarahnya. Bahwa itu adalah tempat pertemuan antara Karaeng Matoaya Raja Tallo yang ke – 7 dengan Datuk Ri Bandang dengan memperlihatkan kedua telapak tangannya dengan bekas lafadz Syahadat. Sehingga disebutlah Mangkasaraki Nabiyya Ri Butta Tallo yang artinya : nampaklah nabi di tanah Tallo, “ ujar Raihan.
Sosok mahasiswa yang juga aktif dalam organisasi mahasiswa Islam ini mengatakan bahwa kegiatan ini dapat mengenalkan dia dengan sejarah di setiap wilayah-wilayah yang sebelumnya mungkin tidak terjamah oleh dirinya saat berstatus sebagai mahasiswa.
Sementara itu Rahmatul Yushar seorang mahasiswa sejarah dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar juga pemandu dalam kegiatan ini menuturkan bahwa dia miris dengan kondisi Tallo yang sekarang.
“Sepanjang perjalanan, bagi saya seorang anak sejarah, sebenarnya melihat kondisi yang cukup miris sih melihat bagaimana sumber sejarah atau situs Benteng Tallo itu kita hanya dapat menemukan puing-puingnya saja, “ ucap Rahmat.
Kondisi ini kemudian yang membuat dirinya menginginkan adanya sedikit napak tilas, menelusuri jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Kerajaan Tallo masa lalu.
Rahmatul juga berharap tur sejarah akan terus ada untuk dapat mengedukasi masyarakat. Dia juga berharap para pemangku kebijakan menaruh perhatian pada peninggalan sejarah Tallo.
“Terkait harapan sebenarnya banyak kepada pemangku kebijakan bagaimana bisa untuk sisa-sisa yang ada di wilayah Tallo khususnya benteng peninggalan kerajaan Tallo ini mampu dilindungi kemudian bagaimana mampu untuk diperkenalkan kepada masyarakat secara lebih luas,” pungkasnya.
Editor:Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar