
Readtimes.id–Pemerintah telah merilis tema Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tahun 2023. Dilansir pada laman resmi InfoPublik, tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-115 tahun 2023 telah diatur dalam Surat Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo RI) Nomor 241/M.KOMINFO/HM.04.01/05/2023.
Disebutkan bahwa tema Hari Kebangkitan Nasional 2023 adalah “Semangat Untuk Bangkit”. Tema tersebut dipilih agar Hari Kebangkitan Nasional dapat melambangkan nilai-nilai semangat dan kekuatan untuk bangkit untuk menuju masa depan Indonesia yang lebih baik.
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei tak lepas dari berdirinya organisasi Boedi Oetomo atau Budi Utomo. Mengutip dari Kemdikbud, Budi Utomo merupakan organisasi pemuda yang dicetuskan pada 20 Mei 1908 silam.
Organisasi Budi Utomo itu didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa sekolah kedokteran STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Meski tak langsung terjun ke bidang politik, namun semangat dan pemikiran para anggota Budi Utomo menjadi pemicu perjuangan untuk melepaskan bangsa ini dari penjajahan.
Keberadaan organisasi Budi Utomo telah mengubah perjuangan bangsa Indonesia yang awalnya dilakukan secara fisik menjadi perjuangan secara diplomatis. Budi Utomo juga mengubah perjuangan yang bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional. Budi Utomo turut membangkitkan semangat nasional rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan demi mencapai kemerdekaan.
Meski begitu, latar belakang penetapan 20 Mei sebagai peringatan Hari Kebangkitan Nasional bermula dari usulan Presiden RI pertama Soekarno. Pada 1948, Presiden Soekarno menetapkan tanggal berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).
Alasan kenapa tanggal 20 Mei dipilih karena lahirnya organisasi Budi Utomo dianggap sebagai awal bangkitnya nasionalisme dan gerakan masyarakat Indonesia dalam melawan penjajahan.
“Bung Karno mencari jejak sejarah yang bisa menjelaskan asal-usul gerakan bangsa Indonesia. Budi Utomo jelas masih bersifat kedaerahan awalnya, tetapi yang membedakan dengan organisasi lainnya saat itu adalah unsur modernitasnya. Bagaimana ada mekanisme pemilihan ketua dalam organisasi,” kata sejarawan Hilmar Farid seperti dilansir Kemdikbud.
Editor : Ramdha Mawadda