Readtimes.id– Para pendukung yang memadati Istora Senayan terpaksa harus gigit jari saat melihat ganda putra terbaik Indonesia, Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon harus takluk dari ganda putra Tiongkok, Liang Wei Keng dan Wang Chang. Namun, hal tersebut bukan berarti keriuhan di Istora Senayan akan berhenti.
Keriuhan tidak hanya terjadi di arena pertandingan Indonesia Masters dan Indonesia Open tersebut. Pasalnya, sosial media juga menjadi demikian riuh membahas hasil negatif dari ganda putra berjuluk The Minions tersebut.
Selain memberikan dukungan kepada keduanya, tidak sedikit pula yang melontarkan kritik atas performa Kevin dan Marcus. Pasalnya, mereka dinilai tidak melakukan perlawanan berarti saat tumbang dari ganda Tiongkok tersebut. Ditambah gestur putus asa yang diperlihatkan Kevin di tengah pertandingan.
Baca juga: Mencari Atensi Melalui Asosiasi
Terpecahnya warganet menjadi dua kubu tersebut seakan kembali mengulang perdebatan yang terjadi di kolom komentar sosial media Taufik Hidayat. Pada unggahannya tersebut, peraih medali emas tunggal putra Olimpiade 2004 itu berkomentar tentang performa pemain tunggal putra serta mempertanyakan ketersediaan pelatih tunggal putra yang hingga sekarang, masih ditangani Irwansyah seorang diri, dan masih berstatus sebagai asisten pelatih.
Status para atlet sebagai idola menjadi salah satu alasan yang menyebabkan seringnya terjadi perbedaan pendapat antara para penggemar. Beberapa pihak berpendapat para atlet harus senantiasa diberi dukungan, terlepas dari hasil yang mereka dapatkan karena perjuangan yang telah mereka lakukan.
Di sisi berseberangan menganggap para atlet tetap layak diberi kritik dan berharap atlet segera dapat memperbaiki performanya. Meski berharap perbaikan, kritikan tersebut kerap kali malah dianggap sebagai bentuk hinaan kepada para atlet yang berjuang.
Baca juga: Taufik Hidayat dan Realita Asosiasi Olahraga Indonesia
Garis tipis antara menghina dan mengkritik pada akhirnya kerap menimbulkan perdebatan, utamanya di sosial media. Bahkan, beberapa pihak merasa bahwa sebuah kritikan hanya dapat diberikan jika disertai dengan solusi yang membersamainya.
Padahal, jika mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik merupakan tanggapan yang kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu pendapat, hasil karya, dan sebagainya. Sehingga, terlepas dari adanya solusi atau tidak, kritik tetap bisa dikatakan kritik selama mengandung hal yang berhubungan performa sang pemain.
Pada akhirnya, kritikan adalah hal yang wajar dan tidak selalu berarti hinaan. Sebuah kritik bisa menjadi bahan evaluasi untuk para atlet dan tim pelatih, guna meningkatkan performa. Di sisi lain, para atlet pun tidak memiliki kewajiban menjalankan setiap kritikan yang ada. Pasalnya, para atlet pun sudah punya pelatih yang bisa memberi masukan untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar