Readtimes.id– Nama Tri Rismaharini kembali mencuri perhatian publik, setelah aksinya memarahi salah satu pendamping program keluarga harapan (PKH) di Gorontalo, viral di media sosial.
Risma marah diduga terkait data keluarga penerima manfaat (KPM) yang tidak sesuai dengan data Kementerian Sosial. Kejadian itu menambah deretan aksi marah mantan Wali Kota Surabaya itu yang pernah diabadikan media.
Sebelumnya Risma juga pernah meradang ketika seorang demonstran yang diinformasikan asal Madiun terlibat bentrokan dan mengakibatkan kerusakan fasilitas umum di kotanya.
Saat Juli lalu, Risma diketahui juga pernah murka saat mengunjungi dapur umum di Balai Wyataguna, yang hanya memperlihatkan Tagana dan beberapa petugas lainnya yang tengah bekerja. Sementara itu aparatur sipil negara (ASN) Kemensos bekerja di kantornya masing-masing. Pihaknya merasa para ASN ini tidak cekatan dalam melayani publik. Risma bahkan mengancam memindahkan ASN Kemensos ke Papua saat itu.
Dilansir dari Antara, September lalu Risma juga memarahi Kepala Dinas Sosial Katingan, Elmon Sianturi, karena masih ada korban banjir Katingan yang belum menerima bansos, meskipun Kemensos sudah menyalurkan sejumlah bantuan ke lokasi. Elmon yang mengatakan bantuan Kemensos terbatas justru membuat Risma makin meradang.
Pakar Komunikasi Publik Universitas Hasanuddin, Hasrullah, memandang sebagai sosok Menteri Sosial yang ruang lingkup kerjanya tidak hanya membawahi satu wilayah saja seperti kala dia menjadi orang nomor satu di Kota Surabaya. Menurutnya sudah saatnya Risma memahami komunikasi antar budaya dalam kepemimpinannya.
“Setiap daerah pada dasarnya memiliki budaya yang berbeda-beda, begitu pula tentang pemaknaan kasar, di wilayah satu belum tentu sama dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu untuk mencegah adanya gesekan, Ibu Risma perlu memahami komunikasi antar budaya dalam bersosialisasi ,” terangnya pada readtimes.id.
Lebih lanjut menurutnya seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki niat dan perencanaan kebijakan yang bagus, melainkan juga strategi komunikasi yang tepat dalam menyampaikan segala sesuatu untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Mengingat saat ini Risma adalah menteri Jokowi yang secara tidak langsung menjadi wakil dan representasi Jokowi ketika turun ke masyarakat dalam bidang sosial, memperhatikan kejadian terakhir menurut Hasrullah sudah saatnya Risma mulai membenahi gaya komunikasinya.
Begitu pula dengan Presiden Jokowi yang sejatinya juga perlu mengambil peran dalam hal ini, dengan menegur gaya komunikasi menterinya ke masyarakat agar tidak timbul blunder dan berujung pada terlambatnya eksekusi kebijakan.
“Kita paham semua orang yang menjadi pemimpin itu punya gaya komunikasi yang berbeda-beda, namun untuk memastikan sebuah kebijakan itu berjalan dengan baik maka seorang pemimpin juga harus adaptasi atau menyesuaikan diri,” pungkasnya.
1 Komentar