
Readtimes.id– Belum genap setengah tahun dideklarasikan, partai Ummat besutan Amien Rais mulai mengalami gejolak. Hal ini terlihat setelah keluarnya dua anggota penting partai berlambang bintang emas tersebut.
Pertama adalah Agung Mozin yang tak lain Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Ummat yang pada Agustus lalu menyampaikan pengunduran dirinya melalui surat yang selain ditembuskan pada internal partai juga wartawan.
“Dengan ini, saya Agung Mozin menyatakan berhenti sebagai pengurus dan anggota Partai Ummat sebagai bentuk pertanggungjawaban etika dan moral,” tulis Agung dalam surat tersebut.
Meski tidak begitu gamblang menjelaskan alasan pengunduran dirinya, namun loyalis Amien Rais tersebut menjelaskan bahwa keputusan diambil setelah melihat adanya dinamika internal partai.
Tidak berselang beberapa bulan, tepatnya awal bulan ini muncul kembali kabar bahwa Neno Warisman, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Ummat juga turut mengundurkan diri. Ingin berfokus mengurus anak di Turki menjadi alasan aktivis 212 ini mengundurkan diri dari partai Ummat .
Ujang Komarudin, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), memandang bahwa hal ini tidak terlepas kemungkinan tujuan dan ideologi yang dibawa partai Ummat ini sejatinya belum terlembagakan sebagaimana mestinya.
“Mungkin-mungkin saja seperti itu. Itu kan pengakuan dari mantan tokoh yang keluar dari Partai Ummat. Biasanya yang di dalam yang lebih tahu,” terangnya.
Pihaknya juga tidak menyangsikan bahwa Partai yang merupakan pecahan dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini pada prakteknya juga tidak terlepas dari dominasi elite baru seperti yang hampir dijumpai di semua partai politik yang baru berdiri.
Hal yang tentu bertentangan dengan semangat yang dibawa sejak awal oleh partai yang saat deklarasinya pada April lalu ini menegaskan bahwa mekanisme demokrasi dan konstitusi lebih dari cukup untuk melakukan perbaikan nasional.
” Kami yakin, seluruh mekanisme demokrasi kita dan konstitusi kita lebih dari cukup untuk melakukan perbaikan dalam kehidupan nasional sehingga kita tidak perlu cara-cara ekstra parlementer dan cara-cara ekstra konstitusi,” tutur Amien Rais.
Keluarnya dua tokoh penting partai Ummat di awal kepengurusan yang notabene dulu adalah tokoh yang mendukung penuh Amien Rais saat ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa sejatinya belum ada sesuatu yang baru yang bisa ditawarkan oleh partai Ummat untuk kepartaian di Indonesia, dimana selain kembali terjebak pada dominasi lingkaran elit baru yang dulunya tidak mendapatkan ruang di kelompok yang lama.
Untuk itu menurut Ujang Komarudin penting untuk mengubah kultur dominasi elite ke arah demokratis oleh partai Ummat ketika ingin diperhitungkan oleh publik ke depan.
” Tinggal bagaimana partai baru tersebut merubah kultur dominasi elite kearah demokratis,” pungkas Ujang
1 Komentar