Readtimes.id– Naiknya suhu politik Tanah Air terkait Pilpres 2024 sejatinya tidak lepas dari kemunculan gerakan relawan atau simpatisan politik. Pernyataan sikap mereka yang terang-terangan mendeklarasikan tokoh tertentu untuk memperebutkan kursi RI satu membuat tahun politik seolah datang lebih awal.
Sebut saja BARA atau “Barisan Airlangga Hartarto” adalah sebutan untuk sejumlah relawan yang mengusung Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, untuk maju sebagai Capres 2024.
Gerakan relawan yang telah terdengar sejak Maret lalu ini bahkan belakangan mengaku telah memiliki perwakilan setidaknya di dua puluh provinsi.
Baca Juga : Di Balik Santernya Aksi Lempar Nama Capres
Begitu pula di Jawa Tengah pada Agustus lalu, juga muncul deklarasi relawan yang menamakan diri mereka sebagai “Sahabat Ganjar”, dengan mendorong Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk maju di bursa capres 2024.
Masih datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Oktober lalu dukungan juga muncul untuk Puan Maharani, maju menjadi capres.
Ketua DPR RI tersebut mendapatkan dukungan dari sejumlah relawan di Malang yang menamakan diri mereka sebagai Generasi Muda Pejuang Nusantara (Gema Puan).
Dan masih datang dari kader partai berlambang Banteng tersebut, belakangan muncul pula relawan aliansi BerSinar di Jawa Barat yang juga mendeklarasikan diri dan mengenalkan aktivis 98 Budiman Sudjatmiko sebagai capres 2024.
Pakar politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto memandang kemunculan para relawan atau simpatisan ini tidak lain adalah upaya untuk menaikan popularitas elit tertentu di mata publik yang sejatinya masih rendah.
“Ketika popularitasnya naik, maka akan masuk dalam daftar nama tokoh-tokoh yang akan disurvei oleh sejumlah lembaga survei untuk kemudian diukur elektabilitasnya,” terangnya pada readtimes.id.
Baca Juga : Elektabilitas Partai Versus Elektabilitas Aktor
Menurutnya, sampai di tahap ini munculnya fenomena gerakan simpatisan atau relawan tersebut tidak akan lepas dari yang dinamakannya bisnis politik, di mana terdapat pihak-pihak tertentu yang kemudian memanfaatkan kondisi ini untuk meraup keuntungan di balik upaya menaikkan popularitas tersebut.
“Jadi pasti ada pihak -pihak yang menawarkan proposal, entah dari internal elit itu sendiri, atau eksternal yang kemudian membuat kesepakatan bisnis untuk menaikkan popularitas,” tambahnya.
Hal ini bisa terjadi mengingat mereka yang dinaikkan popularitasnya adalah orang-orang yang mempunyai dan dekat dengan sumber daya namun rendah secara popularitas.
Ketika disinggung lebih jauh terkait gambaran gerakan lanjutan yang dibuat relawan atau simpatisan ini, menurut Ali ke depan gerakan relawan atau simpatisan ini takkan jauh beda dengan gerakan -gerakan relawan atau simpatisan dari tokoh-tokoh tertentu sebelumnya.
” Ujungnya akan sama seperti simpatisan – simpatisan Pak Jokowi misalnya, yang mengharapkan posisi tertentu di pemerintahan, ” tandasnya
Mengingat hanya dengan mendapatkan posisi tertentu itu mereka akan tetap bertahan dan loyal pada tokoh tersebut.
1 Komentar